TARBIYAH ONLINE: syeikh buthi

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label syeikh buthi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label syeikh buthi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 September 2022

Tidak Hanya Disetir Penguasa, Ulama Juga Tidak Boleh Ikuti Awam

September 20, 2022

Syeikh Buthy


Tarbiyah Online - Thalibul ilm dan orang alim itu tidak boleh disetir oleh penguasa, disatu waktu dia juga tidak boleh disetir oleh umat dan jamaah. Walau seluruh umat memprotes dan memprovokasi agar pak ustadz memfatwakan sesuai keinginan mereka, maka itu tidak boleh, walau resikonya dihujat, dibully, bahkan lebih dari itu.


Tekanan publik tidak boleh membuat seorang alim merubah suatu hukum, walau nanti akan disebut pengecut, disebut penjilat,  disebut ulama suu`, disebut liberal, bahkan jika dibunuh. Sebagaimana tekanan penguasa, tidak boleh membuat seorang ulama merubah hukum, walau nantinya dipenjara, dikekang, diancam, dikatakan radikal, bahkan dibunuh.


Karena seharusnya merekalah yang mengikuti penjelasan para ulama dan thalibul ilm tentang agama, bukan sebaliknya. Jadi mereka mau mengatakan apapun, itu urusan mereka, urusan para thalibul ilm, ustadz dan ulama hanya menyampaikan risalah, baik sesuai nafsu atau keingingan mereka maupun tidak.


Itu bentuk tanggungjawab ilmiah, tidak perlu terganggu dengan opini yang bukan spesialis dibidang itu, karena mereka tidak sedang beropini pada suatu pendapat berdasarkan agama, tapi menurut pendapat sendiri. Lihatlah dalam kejadian beberapa waktu lalu, berapa banyak dari mereka berpendapat dan beropini, bahkan dengan bawa embel-embel alquran dan hadis?


Tapi dari banyaknya "menurutku", ada berapa dari mereka yang menguasai alat untuk berfatwa dan berijtihad?


Atau minimal ilmu alat yang berfungsi agar seorang bisa memahami suatu kejadian berdasarkan ajaran agama? Berapa orang? Berapa orang bersabar untuk bisa ke tahap itu? Dan apakah orang yang tidak menguasai alat itu bisa beneran menjelaskan ajaran agama pada suatu kejadian? Tidak!


Yang mereka lakukan adalah berpendapat dengan pendapat sendiri dengan mengatas-namakan islam!!  Baik penguasa atau publik itu awam. Awam tidak punya kapasitas dalam berbicara agama kecuali dalam masalah "ma ulima minaddin biddharurah". Diluar itu, mereka berbicara tidak pada kapasitasnya sebagai awam.


Berpendapat memang gampang, semua orang bebas, tapi berpendapat berdasarkan ilmu? Siapa yang mau istiqamah untuk belajar? Jadi jangan terlalu terpengaruh dengan opini atau desakan netizen, disuruh ngomong, disuruh kritik, dll. Mereka setuju atau tidak, orang alim hanya harus menjelaskan sesuatu secara ilmiah saja!! 


Saat ulama diam pada suatu permasalahan mereka kerap memaksa ulama berbicara  dengan alasan jangan diam pada kezaliman. Padahal kalau ternyata pendapat ulama tidak sesuai dengan yang dia inginkan, ngamuk!!ketika mereka meminta tidak diam sebenarnya mereka ingin mengatakan "berbicaralah dengan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kami!!".


Ini persis dokter dipaksa untuk mengatakan bahwa covid tidak ada, berdasarkan pendapat awam, jika tidak mau akan dihujat, kemudian awam yang tidak tahu apa-apa tentang kedokteran itu mulai menjelaskan virus, obat, dll. Seolah mereka sangat pakar dalam kedokteran. Bukankah ini bahaya? Jadi apa yang mau diikuti dari pendapat mereka!!! Wallahualam.


Oleh: Ustad Fauzan Inzaghi

Read More

Sabtu, 11 November 2017

Seri Sirah Nabawiyah | Pembelahan Dada Muhammad Kecil di Rumah Halimah As-Sa’diah

November 11, 2017

Tarbiyah.onlineSetelah dilahirkan Nabi mulia Muhammad SAW disusui oleh Tsuwaibah, namun tak lama, datang sekelompok bani Sa’ad untuk mencari anak-anak yang baru lahir untuk menawarkan jasa penyusuan (sebagaimana tradisi Arab saat itu).

Halimah binti Abu Dzu’aib salah satunya. Ia datang dari pedalaman ke Mekkah untuk mencari anak yang bisa disusuinya dengan upah. Dari kampung, ia datang bersama suaminya dan seekor keledai yang menjadi tunggangannya, berharap mendapat seorang anak dari pemuka Mekkah agar ikut mendapatkan upah yang besar. Namun, nasibnya berkata lain, ia malah mendapatkan seorang anak yatim yang keluarganya tidak memiliki kekayaan berarti. Itulah Muhammad.


Ia pun menerima Muhammad kecil untuk disusuinya, daripada harus pulang dengan tangan kososng,karena tak mendapati seorang anak pun. Seketika ia menerima dan menggendong sang anak, jiwanya pun tertarik seolah tak ingin melepasnya meski sebentar. Langsung rasa cinta yang begitu besar menghujam jiwanya. Demikian juga dengan suaminya. Disaat itu juga keajaiban dialama oleh Halimah bersama suaminya secara bersamaan. Unta tunggangannya yang terlihat lemas, menjadi semangat dan kuat menanggung beban bawaan. Berikut juga salah salah satu bagian tubuh Halimah yang sebelumnya kurang baik, kini tumbuh sebagaimana mestinya. Muhammad kecil pun dibawa hingga sampai ke pedalaman bani Sa’ad. Saat itu, perkampungan Bani Sa’ad sedang ditimpa kekeringan, ajaibnya, Halimah kembali bersama Muhammad kecil, keberkahan diterima oleh Bani Sa’ad pada umumnya dan keluarga Halimah secara khususnya. Bahkan ambing susu unta milik halimah yang sudah tua dan telah berhenti menghasilkan susupun ikut kembali memproduksi susu.

Muhammad kecil tumbuh bersama keluarga Halimah bersama adik-adiknya dan saudarinya yang lebih tua bernama Syaima’. Sebagaimana kebanyakan anak kecil, Muhammad ikut bermain, berlarian menikmati keriangan bersama mereka. Bahkan Muhammad kecil sering menggoda saudara-saudarinya dengan tiba-tiba menyergap dan mengejutkannya atau mengigit nakal punggung mereka. Tawa atau terika pun sesekali ikut lepas dan terdengar ke angkasa.

Muhammad kecil tahu persis kalau Halimah dan suaminya sangat mecintainya. Bahkan Muhammad kecil ikut merasakan rasa cinta keduanya melebihi kecintaan mereka terhadap anak kandungnya. Seolah sorot mata mereka terbaca dengan baik lukisan cinta yang tak terhingga terpancar begitu terang.

Hingga di suatu waktu terjadi sebuah peristiwa besar pada Muhammad kecil di saat ia bermain dengan anak-anak lain. Peristiwa pembelahan dada yang sungguh menggemparkan keluarga Halimah. Anak-anak lain berlari ketakutan dan melaporkan kejadian tersebut kepada Halimah. “Muhammad telah dibunuh. Muhammad telah dibunuh.” Mereka berteriak. Sontak halimah dan suaminya kaget, segera mendatangi Muhammad dengan keadaan penuh cemas. Ditemukannya Muhammad dalam keadaan baik-baik saja, tak ada bekas luka. Hanya saja ia terlihat lelah dan menggigil takut.

Peristiwa tersebut direkam dalam Shahih Muslim dan dikisahkan dalam Sirah Ibnu Hisyam. Itu merupakan salah satu tanda kenabian dan isyarat pemilihan Allah kepadanya untuk sebuah tugas yang amat besar lagi mulia. Jibril As yang datang dengan menyerupakan dirinya sebagai manusia datang dan menelatangkan Muhammad di atas batu, lalu ia membelah dada mulia Muhammad kecil. Dibukanya dada Muhammad, dan kebelah kembali hati Muhammad, lalu dikeluarkan suatu gumpalan (‘alaqah), dan kemudian Jibril pun berkata, “In adalah bagian setan yang ada padamu.” Lalu Jibril mencucinya dengan air dari sumur zamzam di dalam bejana emas, lalu mengembalikannya ketempat semula. Tanpa bekas.


Diantara hikmah yang kita ambil dari kejadian tersebut, Syeikh Buthi mengatakan perlu dipahami, bahwa pembedahan itu bukan berarti suatu keburukan terdapat dalam dada secara fisik. Karena jika demikian, sungguh orang-orang yang berlaku jahat dengan sifat-sifat setan, bisa diobati dengan hanya membedah lalu mengangkat bagian (kelenjar) hitam dalam dadanya. Ia adalah bentuk pengumuman yang dipersiapkan untuk mendapatkan pemeliharaan (‘ishmah) dan wahyu semenjak kecilnya dengan sarana material. Pembelahan dada tersebut adalah “operasi pembersihan spritiual”. Dan khabar yang ajaib ini tidak layak ditakwil dengan takwilan keluar dari  makna hakiki dan lahiriyah. Kesahihan hadits  dari Anas yang diriwayatka Imam Muslim ini sudah cukup.

Peristiwa itulah yang menjadikan kekhawatiran pada Halimah, hingga ia harus mengembalikan Muhammad kecil ke pangkuan Ibundanya Aminah sedikit lebih cepat. Dengan penuh rasa berat hati. Perspisahan yang telah disadarinya sejak pertama kali membawa pulang Muhammad yang masih bayi ke rumahnya. Waktu pun terasa begitu singkat, berlalu begitu cepat.

Demikianlah masa kecil Muhammad di rumah Halimah yang penuh berkah bersebab olehnya.

***
Dikutip dari Buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad tulisan Dr. Nizar Abazhah dan Sirah Nabawiyah karangan Syeikh Buthi.
Read More

Kamis, 09 November 2017

Ketahuilah Sejarah Asal Mula Bangsa Arab Quraisy Menjadi Kaum Jahiliyah di Masa Fatrah

November 09, 2017

Tarbiyah.onlineJahiliyah, bukanlah kebodohan tanpa memiliki ilmu pengetahuan terhadap ilmu dunia. Tapi hakikat jahiliyah adalah menutup mata dari kebenaran, atau bahkan berpaling dari kebenaran yang sebelumnya menjadi pakaian, lalu digantinya dengan baju-baju kesesatan tiada mendasar. Abai, adalah punca dari kejahilan. Lalu, siapa yang menjadi dedengkot (penggagas) praktik jahiliyah yang memalingkan kaum bangsa Arab di masa lalu setelah risalah Ibrahim dan Ismail dipegang teguh oleh mereka?

Kita tahu, bangsa Arab adalah anak keturunan dari Naabiyullah Ismail bin Ibrahim As. Sebagaimana diketahui bersama kisah Nabi Ismail yang tumbuh besar dan hidup di Mekkah, hingga menjadi pusat kemukiman dan peradaban Arab setelahnya.

Maka tak heran jika millah dan minhaj Ibrahim dan Ismail As. masih mereka warisi. Agama yang lurus (hanif) itulah jawaban kenapa ibadah haji, umrah, thawaf, wuquf di Arafah dan qurban telah menjadi ritual keagamaan setiap tahunnya oleh bangsa Arab, bahkan sebelum Islam. Meskipun pada masa-masa tertentu, banyak praktik jahiliyah menyusup kedalam masyarakat dan diteruskan oleh generasi setelahnya. Dan disebutkan bahwa orang pertama yang mengajak kepada kemusyrikan dan menyembah berhala pertama adalah Amr bin Luhayyi bin Qam’ah.

Ulama Sirah masa awal, Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim ibnul Hharits At-Tamimi: Shalih as-Saman menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada Aktsam bin Jun al-Lhuza’i,’Wahai Aktsam, aku pernah melihat Amr bin Luhayyi bin Qam’ah bin Khandaf ditarik usus-ususnya ke dalam neraka. Aku tidak melihat seorang pun mirip (wajah) dengannya kecuali kamu.’ Aktsam lalu berkata,’Apakah kemiripan rupa tersebut akan membahayakan aku, wahai Rasulullah.?’ Rasul pun menjawab, Tidak, sebab kamu Mukmin sedang dia kafir. Sesungguhnya, dia adalah orang yang ertama mengubah agama Ismail as. Selanjutnya, dia membuat patung-patung, memotong teelinga binatang untuk dipersembahkan kepada thagut-thagut, menyembelih binatang untuh tuhan-tuhan mereka, membiarkan unta-unta untuk sesembahan, dan memerintahkan untuk tidak menaiki unta tertentu karena keyakinan kepada berhala’.

 

Dan Ibnu Hisyam meriwayatkan bagaimana Amr bin Luhayyi ini memasukkan penyembaan berhala kepada bangsa Arab.

Ia berkata, “Amr bin Luhayyi keluar Mekkah ke Syam untuk suatu keperluannya. Ketika sesampainya di Ma’ab, di daerah Balqa’, pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat mereka menyembah berhala-berhala. Amr bin Luhayyi lalu berkata kepada mereka, ‘Berhala-berhala apakah yang kamu sembah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah berhala-berhala yang kami sembah, kepadanya kai meminta hujan, lalu kami diberi hujan. Kami minta kepadaya pertolongan, dia menolong kami.’ Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi, ‘ Bolehkan kamu berkan satu berhala kepada ku untuk kubawa ke negeri Arab agar mereka juga menyembahnya?’ Mereka pun memberikan sau berhala yang bernama Hubal. Lalu Amr membawanya pulang ke Mekkah dan dipasanglah berhala tersebut. Selanjutnya ia meminta dan memerintahkan orang-orang untuk menyembah dan menghormatinya.”

Demikianlah, penyembahan berhala dan kemusyrikan lahir dan tersebar di jazirah Arab. Mereka meninggalkan aqidah tauhid, dan mengganti agama Ibrahim dan Ismail dan yang lainnya. Akhirnya mereka mengalami kesesatan, meyakini berbagai keyakinan keliru dan melakukan tidakan-tindakan buruk sebagaimana umat lainnya yang dahhulu. Mereka kaum Arab melakukan semua kebohdohan itu disebabkan kebodohan, ke-ummi-an (buta huruf) dan juga karena demi membalas dendam kesumat terhadap kabilah-kabilah dan bangsa di sekitarnya.

Itulah kejahilan. Disebut atas mereka sebagai kaum jahiliyah. Mereka meninggalkan yang benar, demi meyakini sesuatu yang salah dan menyesatkan, yang dimulai dari sikap abai yang terlalu lama.

****
Dikutip dari Kitab Fiqh Sirah (Sirah Nabawiyah-terjemah) susunan Syeikh Sa'id Ramadhan Al Buthi
Read More

Seri Sirah Nabawiyah | Kenali Nasab dan Bagaimana Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

November 09, 2017

Tarbiyah.onlineAl Musthafa Muhammad SAW mempunyai nasab mulia melalui garis keturunan Nabiyullah Ismail anaknya Nabiyullah Ibrahim As. Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Sesungguhnya, Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinanah, kemudian memilih Hasyim dari Quraisy, dan memilih ku dari bani Hasyim.”

Allah telah memilih Nabi SAW dari kabilah yang paling bersih dan dari keturunan yang paling suci dan utama. Tidak ada sedikitpun “virus-virus” jahiliyah yang menjangkiti nasabnya.


Nasab Nabi Mulia

Nasabnya yang disepakati adalah; Muhammad bin Abdullah bin Abdullah bin Abdul Muththalib (namanya Syaibatul Hamd) bin Hasyim bin Abdi Manaf (namanya Mughirah) bin Qushayyi (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu`ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan. Selebihnya, dari yang telah disebutkan, masih ada perselisihan diantara ulama ahli sirah. Akan tetapi, tiada perbedaan pendapat antara mereka bahwa Adnan adalah termasuk anak dari Nabi Ismail bin Ibrahim as.

Dalam zikr maulid yang disusun oleh ulama besar asal Yaman zaman ini Habib Umar bin Hafizh yang berjudul -Dhiyaul lami’ li maulidin nabiyyu syaafi’- (potongan sya’irnya terlampir pada artikel lain berjudul Sepotong Kisah Lahir Nabi di Dhiyaul Lami’) pun disebutkan bahwa cahaya kenabian telah turun temurun ditransfer melalui pribadi-pribadi agung nan terpandang di setiap generasi. Jika Abdullah ayah Nabi SAW dikenal kelembutan sikap, kegagahan serta ketampanannya, Abdul Muththalib dipercayai sebagai pemegang kunci Ka’bah yang sangat dihormati oleh masayarakat Arab dan pengunjung Ka’bah di masanya. Demikian halnya ayah dari Qushayyi, yang digelari sebagai Hakiim, orang terpandai dan bijak yang mempunyai pengaruh bagi kaumnya.

Bangsa Arab adalah anak keturunan dari Ismail bin Ibrahim As, sebagaimana diketahui kisah Nabi Ismail yang tumbuh besar dan hidup di Mekkah sebagai pusat permukiman dan peradaban Arab setelahnya. Maka tak heran jika millah dan minhaj Ibrahim dan Ismail masih mereka warisi. Agama yang lurus (hanif), itulah kenapa ibadah haji, umrah, thawaf, wuquf di Arafah dan qurban telah menjadi ritual keagamaan setiap tahunnya oleh bangsa Arab, bahkan sebelum Islam. Meskipun pada masa-masa tertentu, banyak praktik jahiliyah menyusup kedalam masyarakat dan diteruskan oleh generasi setelahnya. Dan disebutkan bahwa orang pertama yang mengajak kepada kemusyrikan dan menyembah berhala pertama adalah Amr bin Luhayyi bin Qam’ah. (Kisah tentangnya diceritakan khusus di judul Kakek Moyang Kaum Jahiliyah).

Tetap saja masih terdapat orang-orang yang bersih dari pengaruh Jahiliyah, walau sangat sedikit, yang berpegang teguh kepada tauhid (peng-Esaan ALLAH) dan berjalan sesuai syari’at Hanifiyah, yaitu dengan tetap beriman kepada adanya hari bangkit setelah mati, percaya adanya balasan berupa pahala (bagi perbuatan baik), dan dosa (bagi pekerjaan buruk/maksiat), dan mengingkari penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang Arab serta mengecam perilaku buruk juga kesesatan pikiran lainnya.


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nabi SAW pernah berdiri diatas mimbar lalu bersabda,” “Siapakah aku?”, para sahabat menjawab, “Engkau adalah rasullullah. Semoga keselamatan atasmu.” Nabi kemudian bersabda,”Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk (manusia) kemudian Dia menjadikan mereka dua kelompok, lalu Ia menempatkan aku di dalam kelompok yang terbaik, kemudian menjadikan mereka beberapa kabilah dan menempatkan aku di kabilah yang terbaik. Kemudian Dia menjadikan mereka beberapa rumah dan menempatkan ku di dalam rumah yang terbaik dan paling baik jiwanya.”

Kelahiran Nabi Mulia

Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun Gajah, yakni tahun saat Abraham al-Asyram berusaha menyerang Mekkah dan ingin menghancurkan Ka’bah dikarenakan rasa iri dan dengki atas ketenaran Ka’bah yang mengalahkan kemegahan istananya di negeri Habasyah, dengan congkak dan sombongnya dia langsung memimpin ratusan tentara berkendara gajah untuk datang dan memporak-porandakan Mekkah dan seluruh isinya-. Namun Allah menggagalkannya melalui kejadian yang sangat ajaib dan mengagumkan, sebagaimana diceritakan dalam Al Qurran Surah al-Fil. Belakangan terdapat syubhat tentang kisah burung ababil yang diungkapkan Al Quran tersebut, dengan mengatakan pasukan gajah diserang virus dan flu. Syeikh Muttawalli asy-Sya’rawi (ulama terkemuka dari Mesir) dalam bukunya Muhammad Rasullullah (Kedudukan Nabi Muhammad-terj) mengatakan bahwa tuduhan tersebut menunjukkan kelemahan akal si penuduh. Karena Quran surah Al-Fil turun ditengah masayarakat Mekkah yang tentunya masih banyak diantara mereka yang hidup dan melihat sendiri bagaimana kejadian ajaib itu terjadi, dan tidak ada seorag pun dari mereka membantahnya.


Ada beberapa riwayat dan versi tentang tanggal kelahiran Nabi SAW. Menurut riwayat yang paling kuat, kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada senin malam, 12 rabi`ul awal. Maka tak heran, jika peringatan Maulid pun serentak dilakukan di tanggal tersebut. Mngenai hari, Senin adalah hari kelahiran beliau SAW seperti yang beliau SAW tegaskan sendiri dalam Hadits terkait puasa di hari senin yang ditanyakan oleh Sahabat. Jawaban beliau dengan tegas dan lugas, “senin adalah hari aku dilahirkan”.

Perlu diketahui juga, di masa tersebut, tidak ada pencatatan tanggal secara jelas. Juga bangsa Arab tidak mengenal pencatatan tahun secara jelas, karena Arab tidak tersentuh Romawi yang telah menanggalinya dengan kalender Masehi.

Bangsa Arab hanya mengingat tahun melalui kejadian besar yang terjadi di tahun itu dan menamai tahun tersebut dengan nama itu. Sebagaimana tahun gajah, namun bukan berarti mereka tidak mengetahui sistem penanggalan dan perhitungan bulan, karena mereka selalu menunaikan haji di saat musim haji yaitu Dzulqaidah dan Dzulhijjah.

Di malam kelahiran Nabi SAW, diceritakan bahwa terpancar cahaya yang sangat indah nan terang hingga penjuru langit kota Mekkah, dan setiap berhala yang  mengelilingi Ka’bah terjatuh telungkup tanpa ada sebab angin maupun badai. Demikian juga api sembahan yang telah menyala dan tak pernah padam selama seribu tahun, padam hilang cahayanya, dan membuat seluruh istana Kisra di Persia panik. Juga kursi kebesaran Kaisar runtuh di Kejadian tersebut disebutkan sebagai tanda akan binasanya kejahiliyahan dan kemusyrikan. Dan cahaya Islam akan memancar ke seluruh penjuru dunia.

Nabi Muhammad SAW lahir dari rahim Aminah binti Wahab disaat menjelang fajar dalam keadaan yatim. Sebab Abdullah ayahnya telah meninggal ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan Aminah sang ibunda. Aminah dijaga dan sangat disayang oleh Abdul Muththalib dan juga saudara-saudara Abdullah lainnya. Terlihat jelas bagaimana Abu Lahab, paman nabi (yang di kemudian hari memusuhi Nabi) ikut bersenang hati atas keahiran keponakannya, dengan memerdekakan seorang budaknya, sebagaimana hadits riwayat Muslim dari ‘Abbas Ra. Beliau yang Mulia lahir dalam keadaan telah berkhitan dan posisi bersujud (telungkup) yang mensyaratkan rasa malu beliau akan aurat.

Bahkan semasa ibunda Aminah mengandung, tidak ada kesusah dan kepedihan berarti yang dialami oleh ibunda. Kesedihannya atas meninggalnya suami tercinta Abdullah, terobati dengan tanda-tanda kenabian yang dirasakan oleh Aminah sejak mengandung. Ia merasakan sesuatu yang spesial dari yang dikandungnya.



Demikianlah kisah singkat Nasab dan Kelahiran Nabi Mulia Muhammad SAW.

****
Dikutip dari Buku Sirah Nabawiyah susunan Syeikh Sa'id Ramadhan Al Buthi, Kedudukan Muhammad SAW susunan Syeikh Mutawalli asy- Sya'rawi dan Dhiyaul lami' bi Maulidin Nabi Syaafi' susunan Habib Umar bin Hafizh.
Read More

Rabu, 08 November 2017

Kenapa Sih Belajar Sirah Nabawiyah Dianggap Penting? Ini 5 Alasan Utamanya

November 08, 2017

Tarbiyah.onlineSyeikh Al Buthi, dalam Pengantar Kitab Fiqh Sirah (terj: Sirah Nabawiyah) menyebutkan perihal pentingnya mengkaji Sirah Nabawiyah untuk memahami Islam.

Tujuan mengkaji sirah atau kisah riwayat hidup Nabi bukan sekedar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah yang mengungkapkan  kisah dan kasus menarik yang dialami oleh Nabi bersama sahabat-sahabatnya saja. Tapi lebih dari itu, yaitu bertujuan agar setiap Muslim nemperoleh gambaran tentang hakikat islam secara paripurna yang tercermin dalam kehidupan Nabi Saw.


Sirah adalah upaya aplikatif dengan tujuan memperjelas hakikat islam secara utuh dalam keteladanan yang dimiliki Nabi Mulia Muhammad SaW yang sangat tinggi.

Bila kita hendak membatasi pengkajian sirah, maka bisa dibatasi dalam beberapa sasaran berikut:
1. Memahami pribadi kenabian melalui celah-celah kehidupan dan kondisi yang pernah dihadapinya.

2. Agar manusia semua mendapatkan al matsal al a'la (contoh ideal) dalam setiap aspek kehidupan yang utama secara paripurna. Karena itulah Allah menjadikannya qudwah bagi seluruh manusia. "Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kamu sekalian..." (Al Ahzab:21)

3. Agar manusia mendapatkan sesuatu yang dapat membantunya memahami Kitabullah. Karena tidak sedikit ayat-ayat dalam Al Quran yang hanya dapat dipahami makna tafsirannya melalui peristiwa-peristiwa yang pernah dihadapi Rasulullah dan bagaimana beliau menyikapinya.

4. Bagi Muslim, melalui kajian Sirah, ia dapat mengumpulkan tsaqafah dan pengetahuan Islam yang benar, apakah itu dalam tataran aqidah, hukum , maupun akhlak. Karena kehidupan Rasulullah Saw adalah gambaran konkret dari sejumlah prinsip dan hukum islam.

5. Agar pada da'i dan pembina Islam memiliki contoh hidup menyangkut cara-cara pembinaan dan dakwah. Karena Rasulullah adalah seorang da'i dan pemberi nasihat.
Read More