Agustus 2019 - TARBIYAH ONLINE

Fiqh

Jumat, 30 Agustus 2019

Doa Awal Tahun, Harapan dan Optimisme di Masa Mendatang

Agustus 30, 2019

Tarbiyah.online – Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memulai sesuatu dengan ibtida (permulaan) yang baik dan salah satunya dengan doa. Begitu juga di awal tahun para ulama mengajari kita lewat tulisannya untuk mengamalkan doa dan wirid,. Tujuan ini agar mendapat keberkahan awal tahun kita dan doa itupun sangat banyak. Salah satu diantara doa awal tahun adalah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
الحمد لله رب العالمينِ
وَصَلىَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلََم

اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَبَدِيُّ القَدِيْمُ اْلأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ وَجُوْدِكَ اْلُمعَوَّلِ.
وَ هَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلْ أَسْأَلُكَ اْلعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ أَوْلِيَائِهِ وَجُنُوْدِهِ وَ اْلعَوْنَ عَلَى هَذَا النَّفْسِ اْلأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَ اْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَا اْلجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ


Bismillaahirramaanirrahiim
Alhamillahi Rabbil Alamin
Washallallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Wa Maulaanaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihii Wa Shahbihii Wasallam
Allaahumma Antal Abadiyyu Alqadiimu Al Awwalu Wa ‘Alaa Fadhlikal ’Azhiimi Wa Juudikal Mu’awwali Wa Haadzaa ‘Aamun Jadiidun Qad Aqbala, Nas`Alukal ’Ishmata Fiihi Minasy Syaithaani Wa Auliyaa-Ihii Wa Junuudihii
Wal ‘Auna ‘Alaa Haadzannafsil Ammaarati Bissuu`I Wal Isytighaala Bimaa Yuqarribunii Ilaika Zulfaa Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraami Yaa Arhamar Raahimiin
Washallallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Wa Maulaanaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihii Wa Ashhaabihii Wasallam

Artinya :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji kepada Allah Pemilik Sekalian Alam Semoga rahmat Allah tercurah kepada junjungan kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad SAW keluarga-Nya, dan para sahabat beliau.

‘Wahai Allah, Kamulah Zat yang abadi, yang terdahulu,yang permulaan. Atas AnugerahMu yang besar dan kemurahanMu yang dijadikan pegangan, inilah tahun baru telah datang. Kami mohon kepadaMu pemeliharaan selama tahun ini dari setan, para sahabat, dan pasukannya. Dan bantuan Engkau untuk melawan nafsuku ini yang selalu mengajak kepada kejahatan, serta sibukkanlah (saya) dalam melakukan amal yang dapat mendekatkan diri saya kepada Engkau sedekat-dekatnya, Wahai Zat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan’.

Shalawat dan salam, tetapkanlah pada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabat beliau.”

Kelebihan dan Dahsyatnya Doa Awal Tahun

Doa ini di baca tiga kali setelah Shalat Magrib pada awal malam satu Muharrram dan kelebihan dan hikmah doa ini di mana seseorang yang membaca doa tersebut para syaitan telah mengakui bahwa orang yang itu telah aman dari godaan syaitan pada tahun tersebut (tahun baru) hal ini disebabkan Allah telah mengutus dua orang Malaikat untuk memelihara dari fitnah dan godaan Syaitan

Referensi :
1. Kitab Kanzunnajaah Wassuruur hal. 68, karya Syeikh ‘Abdul Hamid ibn Muhammad ‘Ali Quds:
2. Kitab Majmu’ Lathif hal. 55-58
3. Kitab Tarekat , Syekh Hasanoel Bashri, hal. 17
4. Kitab Jam’ul Fawaid Wa Jauhar Qalaid,  Syekh Daud Fatani, hal 129
Read More

Doa Akhir Tahun, Evaluasi Kehidupan, Menggapai Keberkahan

Agustus 30, 2019

Tarbiyah.online – Dalam kelender Islam, bulan Zulhijjah merupakan bulan penutup  tahun dan Muharram sebagai awal tahun baru Islam yang dikenal dengan tahun hijriah. Dalam proses pergantian akhir dan awal tahun merupakan sebuah peristiwa”revolusi”. Tentu saja para ulama terdahulu dalam menyikapi fenomena ini baik dalam mengkhatam dan ibtida’ (memulai)nya pergantian tersebut tentu saja tidak luput dari sebuah pengharap dan limpahan rahmat dan kebaikan kepada Allah Swt dengan untaian doa dan amaliah dengan satu harapan semoga akhir diri dan awal tahun itu di berkahi dan di ridhai segala apa yang telah dikerjakan dan kedepan lebih baik dari sebelumnya.

Syekh Daud Al-Patani dalam kitab Jam’ul Fawaid Wa jauhar Qalaid menyebutkan bahwa para ulama terdahulu Syekh Jamaluddin Sabti Ibnu Al-Jauzi para guru beliau telah mengajari dan mewasiatkan untuk tidak melupakan membaca doa akhir tahun (29 atau 30 Zulhijjah) dan awal tahun (malam pertama Muharram).


Doa akhir tahun di baca pada akhir waktu asar tanggal 29 atau 30 Zulhijjah sebanyak tiga kali. Doa tersebut yaitu:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

الحمد لله رب العالمينِ

وَصَلىَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِيْ عَنْهُ فَلَمْ اَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وِلَمْ تَنْسَهُ وَحَلُمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْ رَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ اِلَى التَّوْ بَةِ مِنْهُ بَعْدَ جُرْءأَ تِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَاِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْلِيْ

وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَاَسْئَلُكَ اَللَّهُمَّ يَا كَرِيْمُ يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ اَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّيْ وَلاَتَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَاكَرِيْمُ

وَصَلىَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


Bismillaahirramaanirrahiim
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin

Washallallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Wa Maulaanaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihii Wa Shahbihii Wasallam

Allaahumma Maa ‘Amiltu Fii Haadzihis Sanati Mimmaa Nahaitanii ‘Anhu Falam Atub Minhu Walam Tardhahu Walam Tansahu Wa Halumta ‘Alayya Ba’da Qudratika ‘Alaa ‘UquubatiiWada’autanii Ilat Taubati Mnhu Ba’da Jur-Atii ‘Alaa Ma’shiyatika Fa Innii Astaghfiruka Faghfir Lii Wa Maa ‘Amiltu Fiihaa Mimmaa Tardhaahu Wa Wa’adtanii ‘Alaihits Tsawaaba Fa AsAlukallaahumma Yaa Karimu Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraam An Tataqabbalahuu Minnii Wa Laa Taqtha’ Rajaa-Ii Minka Yaa Kariim.

Washallallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihii Wa Shahbihii Wasallam

Artinya

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang.
Segala puji kepada Allah Pemilik Sekalian Alam.
Segala rahmat Allah tersampaikan kepada penghulu kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad SAW dan keluarga-Nya, dan segala sahabat beliau.

Ya Rabbi, segala perbuatan yang saya kerjakan pada tahun ini (yang telah lalu), dari segala hal yang Kamu larang kepada saya, lalu saya tidak bertaubat, sedangkan Kamu tidak merestui (meridhai)-Nya dan Kamu tidak mengalpakan-Nya dan menyantuni atas saya sesudah kewilayahan engkau atas segala siksaan kepada saya.

Kamu  menyeru saya bertaubat darinya setelah saya kerjakan durhaka kepada Engkau. Perkenankanlah Kamu memaafkan saya  dan segala apa yang saya kerjakan di dalamnya dari perkara yang Kamu ridhai dan Kamu telah menjanjikan pahala kepada saya, maka saya memohon kepada Engkau ya Allah zat yang agung, wahai zat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, hendaklah Kamu maqbul (terima) dari saya, janganlah Kamu memutuskan asa (harapan) saya dari rahmat Engkau wahhai Zat Yang Mulia.

Segala Selawat dan sejahtera, tetapkanlah pada penghulu kami Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabat beliau sekalian"

Kelebihan dan Hikmah Doa Akhir Tahun

Seseorang yang telah membaca doa diatas pada waktu tersebut (akhir) asar bulan Zulhijjah niscaya menyebut oleh syaitan bahwa kesusahanlah terhadapnya dan sia-sialah segala pekerjaan syaitan dalam menggoda anak Adam pada tahun ini maka di binasakan mereka dengan satu waktu juga efek dari membaca doa akhir tahun diatas.

Sumber Referensi :
Kitab Kanzunnajaah Wassuruur halaman 298, karya Syeikh ‘Abdul Hamid ibn Muhammad ‘Ali Quds
Kitab Jam’ul Fawaid Wa Jauhar Qalaid,  Syekh Daud Fatani, hal 129
Read More

Selasa, 27 Agustus 2019

Almarhum atau Rahimahullah? Jangan Salah, Ini Penjelasan Yang Benar!

Agustus 27, 2019

Tarbiyah.onlineSering mendapat peerbandingan gambar dengan keterangan singkat berisikan satu dua ayat atau hadits untuk melegitimasi ?

Beberapa meme berbentuk tulisan seperti contoh diatas sering kita dapati. Sebelumnya InsyaAllah vs Insha Aah pernah viral (di blog ini, tulisan tersebut drafting, belum dipublis kembali).

Nah, untuk kalimat RAHIMAHULLAH sama statusnya dgn AL-MARHUM, artinya bisa diartikan sebagai doa (الإنشاء) dan bisa juga diartikan sebagai pernyataan (الخبر)

Kalau alasannya tidak boleh diucapkannya kalimat AL-MARHUM adalah krn kalimat tsb bentuk pernyataan bahwa org tsb telah dirahmati Allah swt, maka apa bedanya dengan kalimat RAHIMAHULLAH, toh secara bentuk, kalimat tsb adalah khabariyah (pernyataan). 

Kalau alasannya boleh mengucapkan kalimat RAHIMAHULLAH adalah krn kalimat tsb bentuk doa, artinya berdoa supaya Allah swt merahmatinya, maka apa bedanya dgn kalimat AL-MARHUM, toh kalimat tsb bisa juga dimaksudkan sbg doa. Dalam istilah ilmu Ma'ani disebut dengan istilah Khabriyah lafzhan Insyaiyah ma'nan (خبرية لفظا انشائية معنى).

Jadi, kesimpulannya, boleh dan sunnah hukumnya mengucapkan lafazh Al-Marhum, jika dimaksudkan sebagai doa. 

Bagaimana kalau dimaksudkan kalimat tsb sebagai pernyataan? 

Hukumnya juga boleh dan bahkan sunnah. Knp demikian? Krn pernyataan tsb, maksudnya adalah memuji mayyit bahwa ia termasuk org yg telah mendapatkan Rahmat Allah swt. Atau bisa juga dimaksudkan sebagai kesaksian terhadap si mayyit bahwa dia termasuk org yg telah mendapatkan Rahmat Allah swt. Kedua-duanya (sanjungan dan kesaksian) bisa bermanfaat terhadap si mayit, sebagaimana yg dijelaskan Imam Al-'Aini Al-Hanafi dalam kitab Umdatul-Qari, halaman 197, juz 8.

Pertanyaannya: Bagaimana "kesaksian atau sanjungan baik" terhadap mayit yang tidak sesuai realitanya, artinya mayit tsb org jahat? 

Syaikh Zainuddin berkata: KESAKSIAN BAIK MEMBERI DAMPAK POSITIF TERHADAP MAYIT, WALAUPUN ITU TIDAK SESUAI DENGAN REALITANYA. 

Umdatul-Qari, halaman 197, juz 8.

فإن قلت: هل ينفع الثناء على الميت بالخير وإن خالف الواقع أم لا بد أن يكون الثناء عليه مطابقا للواقع؟ قلت: قال شيخنا زين الدين، رحمه الله: فيه قولان للعلماء أصحهما أن ذلك ينفعه، وأن لم يطابق الواقع لأنه لو كان لا ينفعه إلا بالموافقة لم يكن للثناء فائدة

Ada banyak hadis yg dinukilkan dalam kitab tsb, saya menukil salah satunya saja. Selebihnya silahkan lihat dan murajaah kitab tsb. 

Anas bin Malik berkata: para sahabat pernah melewati jenazah. lalu mereka menyanjungnya dan menyebut kebaikannya. Maka Nabi saw bersabda: "Pasti baginya." 

Kemudian mereka melewati jenazah yang lain. lalu mereka mencelanya dan menyebut keburukannya. Maka Beliau pun bersabda: "Pasti baginya." 

Kemudian Umar bin Khatab bertanya: "Ya Rasulullah, Apa yang pasti baginya?

Beliau menjawab: "Jenazah pertama kalian sanjung dengan kebaikan, maka pasti baginya masuk surga. Sedangkan jenazah kedua kalian menyebutnya dengan keburukan. Maka pasti baginya masuk neraka. Karena kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi." (HR. Bukhari. 1278)

Kesimpulannya, mengucapkan Al-Marhum adalah sunnah. 

Note: Lajnah Daimah, sumber yg disebutkan dlm gambar tsb, adalah website wahabi. Hati-hati!!

Oleh Teungku Muhammad Hafidh Al Bakri, dewan guru di Dayah Darul Ma'arif (Mamplam Golek) Lam Ateuk, Aceh Besar.
Read More

Minggu, 25 Agustus 2019

Masyarakat Muslim Adalah Panglima Sekaligus Pelopor Perdamaian

Agustus 25, 2019

Kisah | Kondisi terakhir pemikiran dan pendapat dunia tentang Islam dan kaum muslim adalah sebuah paham kekerasan dan kaum teroris. Adapun "mujamalah" mereka dengan mengatakan umat muslim adalah saudara kami hanyalah omong kosong belaka.

Negara minoritas muslim manapun di muka bumi sekarang ini sudah menganggap Islam adalah sebagai sebuah paham yang menjadi ancaman dimana pun berada. Umat muslim sudah dipahami sebagai biang kerusuhan dan terorisme dimana pun mereka tinggal. Hampir tidak ada lagi hal baik dari Islam yang muncul di dalam benak mereka, bahkan muslim arab yang kaya sudah dianggap sebagai manusia haus nafsu seksual yang sudah biasa membeli perempuan kulit putih di eropa timur.

Ya memang begitu lah anggapan mereka saat ini.

Lalu anda berseru,"Itu semua adalah strategi yahudi dan nasrani untuk menghancurkan nama baik Islam, padahal Islam tidak demikian.".

Benar, Islam memang tidak demikian, namun fakta dan kenyataannya saat ini menunjukkan demikian. Selayak perkataan Muhammad Abduh "Al-Islamu mahjubun bil muslimin" yakni Keagungan Islam tertutupi oleh orang-orang muslim adalah benar adanya.

Sahabat ku, kita paham, kita mengerti bahwa Islam tidak mengajarkan terorisme, pengerusakan dan hal-hal buruk lainnya. Tetapi sadarilah bahwa mereka (orang Eropa) tidak mengerti yang demikian karena mereka tidak mempelajari Islam. Seandainya mereka mempelajari keindahan Islam tentu mereka tidak beranggapan bahwa Islam adalah paham terorisme. Dan sadarilah saudaraku, bahwa ketika mereka tidak mengetahui isi ajaran Islam, mereka akan menilai Islam dari umat muslim. Tentu saja anggapan mereka tentang Islam begitu buruk karena buruknya kelakuan kaum muslim.

Mari menjadi muslim sejati dengan mengamalkan hadits baginda Saw yang diriwaytkan oleh Bukhari dan Muslim yang amat sarat akan makna berikut :


عن عبد الله بن عمرو ـ رضي الله عنهما ـ عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده، والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه.

Dari Abdullah bin Amru r.a dari Rasulullah Saw bersbda: "Muslim adalah yang selamat umat muslim lainnya dari lisan dan tangannya, dan  Muhajir (orang yang hijrah) adalah yang berhijrah dari apa yang dilarang Allah terhadapnya" (Muttafaqun alaih)


Menjadi muslim sejati adalah dengan bersikap baik agar umat muslim lain tidak tersakiti olehnya secara langsung. Dan lebih dari itu, jagalah sikap kita sebagai muslim agar umat muslim lainnya tidak disakiti oleh umat lain akibat perbuatan kita yang mengganggu dan merusak kedamaian umat lainnya.

Sadar atau tidak, perilaku sebagian umat Islam yang merusak, membunuh, membom dan menghancurkan kedamaian umat lain akan menciptakan aksi balasan. Hal ini adalah sebuah sunnatullah, dimana setiap ada aksi akan terjadi reaksi. Perilaku buruk yang terjadi kepada muslim minoritas di dunia bisa jadi merupakan tindakan balasan terhadap perilaku buruk yang diterima umat lain yang minoritas di negara muslim. Kecurigaan terorisme yang dialami oleh umat muslim minoritas di eropa, amerika dan australia adalah akibat tindakan ekstrimis muslim yang membunuh semena-mena, membom dan meledakkan diri sesukanya, menghancurkan dan mengancam keamanan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Saudaraku, pahamilah bahwa Islam mengajarkan kedamaian. Maka jadilah panglima kedamaian di muka bumi untuk menjaga keselamatan umat Islam lainnya di negara yang minoritas muslimnya. Karena setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya.

Mari menjdi muslim sejati dengan menyelamatkan muslim lainnya dari tindakan kita secara langsung atau aksi balas terhadap tindakan kita secara tidak langsung.

Oleh Ustad Suryandi Temala (Ustad Fesbuker)
Read More

Rabu, 21 Agustus 2019

Amalkan 6 Ayat Ayat Al Quran Ini, Ampuh Hancurkan Sihir

Agustus 21, 2019

Tarbiyah.online – Membentengi diri dan keluarga dari bahaya sihir harus tetap dilakukan, karena meski zaman sudah modern begini namun masih ada saja orang yang menggunakan sihir demi mendapatkan apa yang diinginkan, seperti misalnya : santet, pelet, teluh, dan lainnya. Untuk menangkal bahaya sihir, kita tidak perlu pergi ke orang pintar atau paranormal, karena banyak Ayat-ayat Al Quran yang bisa dijadikan sebagai benteng untuk menangkal dan melenyapkan pengaruh sihir.  

Kita tinggal membacanya secara rutin setiap hari dan melakukan ruqyah mandiri terhadap diri, keluarga, rumah, kantor atau apapun yang mungkin bisa terkena kejahatan sihir.  Ingin tahu, apa sajakah ayat-ayat yang bisa menjadi penghancur sihir? Agar lebih jelasnya, simak informasinya berikut ini :

1. Surat Al Fatihah
Surat pertama yang wajib dibaca setiap hari adalah Al Fatihah. Jadi sebelum membaca surat-surat Al Quran lainnya untuk membentengi diri dari gangguan jin dan juga kejahatan sihir lainnya, Anda diwajibkan mengawalinya dengan membaca surat al fatihah.

2. Surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlas, dan Ayat Kursiy
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan keempat ayat Al Quran ini, bukan? Keempat surat Al Quran ini sangat dianjurkan untuk dibaca setelah shalat, dzikir pagi dan sore hari serta pada waktu-waktu tertentu karena memiliki keutamaan yang luar biasa, salah satunya menangkal sihir.

3. Surat Al Baqarah ayat 102
Selain ketiga ayat yang disebutkan diatas, ternyata surat al baqarah ayat 102 juga sangat disarankan untuk dibaca sebagai benteng atau perisai terhadap kejahatan sihir.

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

4. Surat Al A’raaf ayat 117-122
Ayat Al quran lainnya yang membantu lenyapkan pengaruh sihir, adalah Surat Al A’raf ayat 117 – 122.

“Dan Kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!”. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, “(yaitu) Tuhan Musa dan Harun”.”

5. Surat Yunus 81-82
Ayat lainnya adalah Surat Yunus ayat 81-82.

“Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: “Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya” Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).Nabi”

6. Surat Thaha ayat 69
“Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.”

Dengan membaca ayat-ayat Al Quran diatas, maka Anda akan terlindung dari kejahatan sihir. Bagi Anda yang sudah terkena gangguan Jin, mereka akan mengalami tanda-tanda khusus ketika dibacakan ayat ruqyah ini, diantaranya adalah : kesemutan, badan gemetar, sakit kepala yang amat sangat, sesak nafas, muntah-muntah, dan lainnya.

Sumber : KajianLagi
Read More

Minggu, 18 Agustus 2019

Ini Doa Yang Dibaca Saat Pertunangan Atau Proses Khitbah

Agustus 18, 2019

Tarbiyah.online Pernikahan merupakan salah satu anjuran dalam syariat dan tentunya prosesi ini didambakan kebanyakan orang. Pra pernikahan juga dianjurkan khitbah (tunangan).

Khitbah berasal dari bahasa arab yang berarti lamaran, tunangan atau pengikat. Khitbah juga biasa disebut sebagai ikatan tali kasih seorang laki-laki kepada wanita idaman. Ketika seorang wanita sudah dikhitbah, maka haram bagi laki-laki selain calon pengantin tersebut masuk untuk melamarnya

Diantara tata cara dan bacaan melamar :
1. Baca hamdalah
2. Baca shalawat Nabi 
3. Baca Asyhadu an laa ilaaha illa Allahu.. (dan seterusnya)

Apa saja yang disampaikan dalam khutbah ketika prosesi melamar ini, bisa kita simak pada pemaparan Imam Abu Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzzabadi al-Syairazi dalam Al- Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam al-Syafi’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1992), juz II, hal. 437:

أَلْحَمْدُ لِلهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِى تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامِ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Doa bagi laki-laki yang akan melamar : 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينْ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيّدِنَا محمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِينْ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ جِئْتُكُمْ رَاغِباً فِي فَتَاتِكُمْ (……) أَوْ فِي كَرِيْمَتِكُمْ …… بِنْتِ …….
Alhamdulillahi rabbil alamin. Asshalatu wassalamu ala sayyidina Muhammadin Wa ala alihi washahbihi ajmain. Asyhadu Alla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu Warasuluh. Aku datang karena cinta kepada pemudi kalian (…nama wanita…) dan wanita mulia kalian (…..nama wanita binti …..)

Sedangkan untuk perempuan atau wali membaca doa berikut ini :

Berikut doa yang biasa dibaca ketika mendapatkan lamaran atau khitbah : 

اللهم كَمَا اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا بِقَبُوْلِ خِطْبَتِنَا، وَتَصْدِيْقِ اَقْوَالِنَا، وَتَجْهِيْزِ اَصْهَارِنَا. نَسْئَلُكَ بِجَاهِ نَبِيِّكَ الْوَسِيْمِ، سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّسُوْلِ الْعَمِيْمِ، الْمَعْصُوْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. اَنْ تَقَبَّلَ اَمْلَاكَنَا، وَتُبَلِّغَ مَرَامَنَا، وَتُثَبِّتَ اَقْدَامَنَا، وَتَنْصُرَ عَلَى اَعْدَائِنَا، وَتَسْتُرَ عُيُوْبَنَا، وَتَغْفِرَ ذُنُوْبَنَا، وَتْجَمَعَ اِخْوَاننَا حَيْثُمَا دَعَوْنَا، اِنَّكَ عَلَى مَا تَشَاءُ قَدِيْرٌ، وَبِالْاِجَابَةِ جَدِيْرٌ. اللهُمَّ يَافَاتِحَ الْبَرَكَاتِ، وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، يَابَدِيْعَ الْاَرْضِ وَالسَّمَاوَاتِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْد لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Artinya :

Ya Allah, seperti halnya nikmat yang Engkau berikan kepada kami dengan menerima khitbah ini serta membenarkan ucapan kesanggupan kami dan mertua yang engkau siapkan untuk kami. Kami memohon dengan keagungan NabiMu yang agung Muhammad SAW. Untuk menerima harta kami, menetapkan langkah usaha kami, dan menghindarkan dari musuh-musuh kami, menutupi aib kekurangan kami, memaafkan dosa-dosa kami, mengumpulkan saudara-saudara kami dimanapun kami seru. Karena engkaulah yang maha menghendaki segalanya. Ya Allah dzat pembuka keberkahan, dzat pemenuh kebutuhan, dzat yang menciptakan langit dan bumi.

Dikutip dari beberapa sumber.
Oleh: Teungku Helmi Abu Bakar el-lamkawi, MA, Dosen di IAIA Al Aziziyah sekaligus Dewan Pengajar di Dayah MUDI Mesra, Samalanga

Read More

Sabtu, 10 Agustus 2019

6 Amalan Sunnah di Hari Raya Sebelum Menuju Shalat Idul Adha

Agustus 10, 2019

Tarbiyah.online – Jelang Idul Adha tahun ini berbagai amalan sunnah bisa dilakukan sebelum Hari Raya Qurban tiba.

Amalan sunnah ini bisa dilakukan di beberapa waktu sebelum Hari Idul Adha 2019.

Dari salah satu sumber terpercaya, nu.or.id, setidaknya ada 6 ibadah sunnah.

Berikut kesunahan yang dianjurkan oleh para ulama.

Pertama, mengumandangkan takbir di masjid atau rumah pada malam hari raya.

Kedua, mandi sebelum berangkat untuk shalat Id ke masjid. Di mana, mandi bertujuan untuk membersihkan seluruh tubuh dari kotoran yang menempel agar saat beribadah badan kita sudah bersih.

Ketiga, ialah memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, dan menghilangkan bau tidak enak.

Keempat, pakailah pakaian terbaik, dan sudah pasti bersih serta suci.

Kelima, saat akan berangkat salat, ada baiknya kamu berjalan kaki karena hal itu lebih diutamakan. Pilihlah juga dua jalan yang berbeda saat akan berangkat dan saat pulang dari salat Idul Adha.

Keenam, untuk Hari Raya Idul Adha disunnahkan makan setelah selesai melaksanakan shalat Id, berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri disunahkan makan sebelum melaksanakan shalat Id. 

Pada masa Nabi SAW makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji, karena makanan pokok orang arab adalah kurma. 

Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama, jika tidak mendapatinya maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu.

Namun, beberapa hari sebelum Idul Adha, ada juga sunnah yang tak kalah penting. Yakni sunnah melakukan puasa Tarwiyah dan Arafah.
Read More

Ini Doa dan Wirid Yang Dibaca Selama Bulan Dzulhijjah

Agustus 10, 2019

Tarbiyah.onlineBulan Zulhijjah merupakan salah satu yang mempuyai banyak kelebihan dan fadhilah. Namun teristimewa dalam satu hinnga sepuluh Zulhijjah sebagai yang mempunyai banyak kelebihnnya.

Satu Zulhijjah hingga 10 Zulhjjah merupakan hari-hari yang baik untuk meperbanyak amalan. Pada hari-hari ini juga di sunatkan untuk berpuasa. Selain itu juga di anjurkan memperbanyak zikir dan doa. Diantara zikir dan doa yang dapat di amalkan selama sepuluh hari di awal bulan Zulhijjah adalah :

Doa di bawah ini di baca setiap hari selama sepuluh hari zulhijjah:

لا إله إلا الله عدد الليالي والدُّهور. لا إله إلا الله عدد الأيام والشهور. لا إله إلا الله عدد أمواج البحور. لا إله إلا الله عدد أضعاف الأجور. لا إله إلا الله عدد القطر والمطر. لا إله إلا الله عدد أوراق الشجرِ. لا إله إلا الله عدد الشّعر والوَبَر. لا إله إلا الله عدد الرمل والحجر. لا إله إلا الله عدد الزَّهر والثمر. لا إله إلا الله عدد أنفاس البشر. لا إله إلا الله عدد لمح العيون. لا إله إلا الله عدد ما كان وما يكون. لا إله إلا الله تعالى عما يشركون. لا إله إلا الله خير مما يجمعون لا إله إلا الله في الليل إذا عسعس. لا إله إلا الله في الصبح إذا تنفَّس. لا إله إلا الله عدد الرِّياح في البرارِي والصخور. لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم يُنفخُ في الصور. لا إله إلا الله عدد خلقه أجمعين. لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم الدين 
Imam ath-Thabari meriwayatkan, siapa yang membaca doa di bawah ini sepuluh kali setiap hari hingga 10 Zulhijjah akan di ampunkan dosanya yang terdahulu dan yang kedepan.
لا إله إلا الله عدد الدهور، لا إله إلا الله عدد أمواج البحور، لا إله إلا الله عدد النبات والشجر، لا إله إلا الله عدد القطر والمطر، لا إله إلا الله عدد لمح العيون، لا إله إلا الله خيرٌ مما يجمعون، لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم يُنفخُ في الصور
Pengarang kitab Kanzun Najah, Syeikh Abdul Hamid mengatakan bahwa yang lebih baik kedua doa tersebut di baca 10 kali setiap hari, namun bila ingin membacanya salah satu saja maka yang kedua lebih utama.
Beliau melanjutkan salah satu doa yang baik di amalkan di 10 hari Zulhijjah doa yang beliau kutip dari tulisan seorang ulama shalih yang di riwayatkan dari Syeikh Khattab al-Makki al-Maliky, beliau menjelaskan di tuntutkan untuk mengulang ulang doa ini semampunya tanpa ada jumlah yang tertentu, doa ini berfaedah untuk memudahkan kelancaran dalam membayar utang.
(اللهم) فرَجَكَ القريبَ (اللهم) ستركَ الحصينَ (اللهم) معرُوفَك القديمَ (اللهم) عوائدَك الحسنةَ (اللهم) عطاك الحسنَ الجميلَ، يا قديم الإحسان إحسانك القديمَ، يا دائم المعرُوفِ معروفك الدائمَ
Imam al-Allamah Syarif Maul `ainan dalam kitab Na`atil badayat, menyebutkan salah satu wirid yang berfaedah selama 10 hari Zulhijjah adalah doa yang di ajarkan oleh Rasulullah kepada shahabat-shahabat khusus yaitu :
حسبِيَ الله وكفى، سمع الله لمن دعا، ليس وراءه منتهى، من توكّل على الله كُفِي، ومن اعتصم بالله نجا

Oleh Teungku Helmi Abu Bakar El-Langkawi,  Pengajar di Dayah MUDI Mesra Samalanga.
Referensi:Kanz Najah was surur fi ad`iyah allati tasyrah shudur, karangan Syeikh Abdul Hamid Qudus. (FB Abu MUDI)
Read More

Rabu, 07 Agustus 2019

6 Pesan Indah dan Penuh Hikmah dari K.H Maimun Zubair Semasa Hidupnya

Agustus 07, 2019

Tarbiyah.onlineSiapa yang tidak kenal dengan Kiyai Haji Maimun Zubair atau yang dikenal dengan nama Mbah Moen. Seorang ulama besar dari tanah Jawa yang diakui kealiman dan kewaliyannya diseluruh pelosok negeri hingga dunia.

Banyak sekali ulama-ulama dari berbagai belahan dunia datang bersilaturrahim dan menziarahi beliau.

Mbah Moen merupakan sosok yang begitu dihormati dan dikagumi di Indonesia. Seorang pendidik sejati, tidak hanya berkutat pada teori-teori, melainkan praktek akhlak yang menampakkan budi.

Ulama asal Sarang Rembang, Jawa Tengah ini lahir pada 28 Oktober 1928. Yang meninggal hari ini (Selasa, 6 Agustus 2019) di Mekkah Al Mukarramah saat sedang melaksanakan ibadah Haji. (Semoga Allah tempatkan bersama para Nabi dan para Wali sekalian di tempat yang a'la, tinggi derajatnya).

K.H Maimun Zubair pernah berpesan dan menasihati para murid dan jama'ahnya.

1. Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah. Barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akhirat.

2. Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah, barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju surga.

3. Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan ia dengan induknya, semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.

4. Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah ia. Barangkali itu mejadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.

5. Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak-anak mu, setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.

6. Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali, maka tahanlah tangan dan lisanmu dari menyakiti, setidaknya Itu menjadi sedekah untuk dirimu.
________
Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”

Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang shalat malamnya tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda

Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya)bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum".(HR. Muslim)

Mari selalu berusaha dan berprilaku positif, semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan.
Read More

Minggu, 04 Agustus 2019

Kualitas Ulama dan Lingkungan Yang Membentuk Keulamaannya

Agustus 04, 2019

Tarbiyah.online – Jika membaca profil seorang ulama, tentu saja diantara bagian penting yang perlu dijelaskan adalah setting sosial ulama tersebut. Hal ini disebabkan karena kualitas dan tingkat keilmuan seorang ulama memang sangat dipengaruhi oleh setting sosial, mulai dari lingkungan hingga masyarakat yang melingkar di sisi bangunan perjalanan kehidupan ulama tersebut.

Sekarang seberapa nilai kualitas ulama yang terbit pada sebuah areal ruang dan waktu tertentu, maka semua itu juga erat kaitannya dengan lingkungan masyarakat pada tempat dan masa itu. Masyarakat tidak boleh berlepas tangan pada nilai dan kualitas ulama² yang muncul di tempat mereka, karena secara langsung atau tidak, mereka juga memiliki peran dalam membentuk kualitas ulama-ulama di sana.

Sekarang apa saja unsur yang perlu diperhatikan dalam setting sosial yang dimaksud? Kalau hendak dirumuskan satu per satu tentu banyak sekali. Tapi kali ini kita hanya membahas dua hal yang sederhana namun cukup berpengaruh. Bagian-bagian tersebut meskipun dijelaskan secara terpisah, tetapi satu sama lain akan tumpang tindih dan saling berkaitan.

1. Standar kompetensi yang ditetapkan oleh masyarakat serta skala prioritasnya

Awal sekali tentu kita semua paham bahwa seseorang tidak akan diposisikan sebagai seorang ulama secara tiba-tiba. Tidak mungkin ketika hari ini ia bukan apa-apa, lalu ujug-ujug keesokan harinya ia dinobatkan sebagai ulama oleh masyarakat di sana. Ketika seseorang diposisikan sebagai ulama, maka tentu saja ada standar tertentu yang berlaku dalam masyarakat dan telah ia penuhi.

Berbicara tentang status keulamaan, maka ada banyak sekali standar yang membentuk seseorang hingga dapat sampai pada level tersebut.  Dari berbagai standar yang ada, kita akan pecahkan menjadi dua kelas. Yaitu standar kelas satu (pokok) dan standar kelas dua (opsional). Dalam hal ini perbedaan kelas tersebut ditentukan oleh seberapa urgen standar tersebut dalam urutan skala prioritas kompetensi seorang ulama.

Standar kelas satu contohnya seperti tingkat ilmu dan wawasan, keluasan referensi, kemampuan mengajar, pemahaman langkah-langkah berpikir ilmiah, kemampuan berkarya (menulis), kemampuan meneliti dan penguasaan pada satu spesialisasi ilmu tertentu. Perhatikan bahwa nama-nama ulama monumental yang mengisi barisan ulama level tertinggi sepanjang sejarah umat Islam! Mereka semua pasti memiliki capaian yang maksimal pada tujuh standar kelas satu yang disebutkan di atas. 

Adapun standar kelas dua contoh-contohnya lebih banyak lagi seperti: membangun atau memimpin satu lembaga pendidikan (Dayah), pandai berceramah, memiliki sebuah majelis zikir/shalawat, memiliki amalan atau bacaan zikir/shalawat tertentu, memiliki pengaruh menentukan arah politik masyarakat, bersuara bagus, pandai bersenandung dan lain sebagainya. 


Ulama Kibar di Al Azhar
Kedua kelas tersebut tentu saja sama-sama penting dan bermanfaat. Namun urutan skala prioritas ini tidak boleh dilangkahi. Seharusnya yang paling diutamakan dalam kompetensi seorang ulama adalah standar kelas satu, jangan sampai standar kelas satu ada yang terabaikan, dan justru poin-poin di standar kelas dua malah jadi kompetensi pokok yang diberlakukan oleh masyarakat. 

Jadi pada satu tempat yang tidak menetapkan syarat keulamaan pada standar kelas satu, maka kualitas ulama di sana juga pasti cenderung menurun. Tempat tersebut akan diisi oleh para ulama yang kering dengan karya dan tulisan, karena memang kemampuan berkarya tidak ditetapkan dalam standar awal. Gebrakan penelitian dan penyelesaian masalah pada hal-hal yang berkaitan dengan Islam menjadi amat sunyi dan sepi, karena sejak awal pemahaman dan penguasaan metodologi penelitian tidak sama sekali diperhitungkan sebagai standar.

Contoh lain misalkan variasi dan kuantitas referensi keilmuan yang menjadi amat terbatas, bahkan tidak jarang ada rujukan (seperti kitab atau tokoh ulama) ilmu keislaman yang amat bernilai pada cabang tertentu, tetapi di tempat tersebut rujukan itu tidak pernah tersentuh atau dikenal. Hal ini tentu saja karena sejak awal, aspek keluasan referensi di tingkat pelajar tidak diperhatikan dengan baik.

Efek yang lebih buruk lagi adalah, di sebagian tempat itu agama Islam akan terkesan sebagai agama yang benar-benar irasional. Kenapa bisa, karena tahapan berpikir ilmiah  sejak awal masa pengkaderan ulama telah dicampakkan secara perlahan-lahan. Di kemudian hari pemuka agama Islam yang terbit adalah orang-orang yang begitu semangatnya menyeret ajaran Islam semakin jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Padahal ajaran Islam telah memisahkan dengan baik tentang hal-hal yang tidak bisa diukur dengan rasio seperti perkara ghaib, eskatologi, mukjizat dll, dengan hal-hal yang memang sewajarnya kita mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
K.H Aqil Siradj bersama Habib Luthfi Yahya
Akan tetapi yang terjadi di tempat itu tidak demikian. Secara mutlak sains kemudian dianggap kafir, sains dikesankan sebagai kendaraan yang bergerak ke arah berbeda dengan agama pada persimpangan sejarah hidup manusia. Hingga fakta² empirik dan nyata² telah diterapkan dalam keseharian manusia pun harus ditolak, semua itu atas nama kesetiaan pada ajaran agama. Pokoknya bumi harus datar, semua harus kembali pada pemahaman geosentris bahwa matahari dan benda angkasa lainnya mengelilingi bumi, gravitasi omong kosong, teori² dalam ilmu genetika harus ditolak, misi-misi astronomis hanyalah dongeng dan lain sebagainya. Semua itu dikampanyekan atas nama bela agama. padahal tanpa sadar hal itu justru sedang mencoreng wajah agama Islam pada masyarakat dunia. Tidak peduli bahwa  mereka semua adalah objek dakwah Islam juga, orang-orang yang mesti dibuat tertarik pada agama ini.

Wajah agama Islam jadi semakin runyam ketika tampil orang-orang yang memakai topeng ulama palsu. Hal ini mudah saja terjadi ketika standar kelas dua justru lebih didahulukan daripada standar kelas satu.

Satu orang yang capaian akademik nya belum teruji, tiba-tiba kemudian dielu-elukan bak seorang ulama besar hanya karena ia ternyata memiliki majelis zikir yang ramai pengikutnya. Ada seorang sosok ulama yang membumbung begitu tinggi karena ia banyak membuat gubahan doa, zikir, shalawat tertentu yang katanya Fadhilah membacanya berlipat-lipat. 

Kenapa hal-hal demikian bisa terjadi? Apa pernah ada sejarahnya ulama diorbitkan melalui jalur-jalur non akademik seperti demikian? Atau kemudian muncul satu jalan pintas lain untuk naik ke level ulama, yaitu dengan membangun pesantren dan sebagainya.

Kenapa hal-hal di atas bisa sangat marak terjadi? Tidak lain masalahnya ada pada standar kompetensi yang diberlakukan pada satu daerah, yang telah melanggar skala prioritas yang seharusnya dipakai.

Abah Guru Sekumpul bersama Habib Anis
Standar yang keliru itu jadi  jalan lempang untuk sebagian orang pelan-pelan mulai mendistorsi standar keulamaan.

Ada banyak pihak yang menaikkan kelihaian berceramah menjadi standar di atas segalanya. Sokongan keilmuan penceramah kemudian diabaikan begitu saja. Pokoknya banyak diisi dengan cerita menarik, masa bodoh dengan referensi dan validitas isinya. Kemudian hadis-hadis palsu yang bahkan terlalu palsu untuk dikategorikan sebagai hadis palsu ditebar seperti menebarkan pupuk ke atas tanaman. Kisah-kisah israiliyat yang sejak awal telah bermasalah dikembangkan dan ditambah-tambah lagi agar semakin menarik, lalu karangan² itu dilekatkan pada agama Islam. Pokoknya harus lucu, diisi dengan lagu-lagu irama India, maka penceramah itu sudah layak dipanggil kemana-mana. Bayangkan kemudian orang-orang semacam itu diberikan panggung untuk memperkenalkan wajah Islam kepada masyarakat. Kemudian hal itu berlarut-larut  menyisakan pemahaman² keliru yang sulit diluruskan kembali dalam tubuh umat Islam.

Fakta menyakitkan lain yang mendera kita sekarang adalah pengabaian pada spesialisasi ilmu tertentu. Khazanah ilmu Islam yang demikian luas mengharuskan para pelajar untuk bagi-bagi tugas, mereka harus memilih spesialisasi ilmu yang berbeda-beda. Tujuannya adalah supaya tidak ada posisi pakar cabang ilmu tertentu yang lowong. Mungkin banyak pihak yang menganggap hal ini tidak penting, tapi saya ambil satu contoh. Spesialisasi ilmu hadis. Ada kesulitan besar untuk memisahkan dengan rapi antara hadis² shahih dengan hadis² bermasalah, bahkan dengan cerita-cerita israiliyat yang beredar dalam masyarakat. Mengapa semua ini bisa terjadi? Tidak lain adalah dampak terbatasnya pakar-pakar hadis yang mengisi pos-pos keulamaan di daerah tersebut. Belum lagi diperparah dengan muatan-muatan hadis bermasalah dan israiliyat yang dicampur adukkan oleh penceramah tipe-tipe yang dijelaskan di atas.
Gus Dur bersama K.H.Zainuddin MZ dan Rhoma Irama
Dan kalau mau jujur, ada banyak sekali posisi pakar keilmuan tertentu yang lowong misalnya di Aceh ini atau Indonesia secara umum. Ada berapa orang pakar hadis? pakar ilmu Rijal, ilmu qiraat, ilmu Rasm dan dhabt, pakar muamalah kontemporer, dan ilmu-ilmu yang sebenarnya sangat urgen bagi umat. Jangan bermimpi hal ini bisa diselesaikan dengan pola pendidikan yang mendidik sekelompok pelajar dengan muatan ilmu dan kurikulum yang seluruhnya seragam, kemudian mereka ditugaskan untuk dapat mengisi pos-pos pakar keilmuan yang lowong tersebut. Jangan mimpi!!

Terakhir untuk menutup pembahasan tentang standar kompetensi dan masuk ke poin selanjutnya, maka mari sama-sama kita renungkan,

Ulama-ulama level puncak semacam imam 4 mazhab seperti imam Syafi'i, ulama Mujtahid pra-empat mazhab seperti Al-Zuhry atau Ibrahim al-Nakha'iy, ulama selevel imam Mazhab seperti Sufyan al-Tsaury dan Al-Awza'iy, ulama murid-murid senior dalam mazhab seperti Al-Muzany atau Sahnun, ulama-ulama pelopor perintisan cabang keilmuan seperti imam Haramain al-juwainy atau Ramahurmuzy, ulama yang memiliki banyak karya besar seperti al-Suyuthy dan al-'Asqalany, ulama yang berperan besar dalam tahrir mazhab seperti imam Ghazali atau imam Nawawi, ulama yang sukses meredam pemikiran menyimpang seperti imam al-Asy'ary atau al-Qadhi al-Baqilany, ulama poros dunia kontemporer seperti wahbah Zuhaili atau Ramadhan al-Buthy. Serta berbagai nama ulama sekaliber seperti ulama di atas yang tidak disebutkan di sini. Mereka semua muncul di tengah masyarakat yang memang sejak awal memberlakukan standar selevel itu.

Akan tetapi, jika sejak awal standar yang ditetapkan itu bobrok, maka tidak akan dapat dihindarkan nanti hasil yang dituai juga bobrok.

2. Fungsi dan kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat

Selain daripada standar, setting sosial yang menentukan kualitas ulama yang terbit di satu kawasan adalah fungsi yang diharapkan dan dibutuhkan oleh masyarakat dari keberadaan seorang ulama di sekitarnya. Saat masyarakat menginginkan fungsi pokok seorang ulama, maka ulama-ulama yang muncul juga kapabel dengan fungsi-fungsi tersebut.
Habib Ali al Jifri bersama Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki

Sekarang mari sama-sama membuat perenungan! Apakah selama ini masyarakat kita merupakan gambaran orang yang haus pada ilmu pengetahuan atau lebih gemar menikmati banyolan-banyolan. Jika seperti gambaran pertama, maka kaderisasi ulama pun pastinya akan menyesuaikan dengan rasa haus ilmu pengetahuan, para ulama akan terbentuk untuk menjadi figur yang dapat memuaskan rasa haus itu. Akan tetapi jika sebaliknya, maka percayalah kader-kader ulama pasti akan berbelok menjadi pembuat cerita, karena memang animo masyarakat ada pada bagian itu. Maka saksikanlah bahwa kemampuan mengolah dan merangkai kata akan jauh lebih diperhatikan dibandingkan kualitas dan validitas konten yang dibawanya.

Perhatikan lagi apakah umat Islam di sini terlihat bergairah untuk menikmati karya-karya tulis ilmiah? Mulai dari tulisan murni, Syarah atau hasyiyah untuk karya yang sudah ada sebelumnya, ringkasan untuk karya besar yang sudah ada, Syarah untuk karya-karya dalam bentuk syair dan nazham, terjemahan dan alih bahasa untuk kitab-kitab berbahasa Arab, pemisahan satu kajian tertentu dalam tulisan baru yang utuh dari sebelumnya tercampur², aktualisasi kandungan dari kitab para ulama sebelumnya, atau bentuk-bentuk karya tulis lainnya. Kekeringan tulisan ulama Tempatan yang terjadi di sebuah daerah, pastinya juga dipengaruhi oleh minat membaca umat Islam di sana yang amat rendah. Sehingga sejak awal kemampuan menulis menjadi sesuatu yang tertinggal dalam proses kaderisasi ulama. Padahal kalau melihat kemungkinan verifikasi kebenaran,sajian tertulis akan lebih dapat dipertanggungjawabkan dibandingkan ceramah-ceramah lisan.

Jika hendak melakukan perbaikan, maka umat Islam harus mulai meningkatkan perhatian dan minat mereka untuk menelusuri dan menikmati sebuah bacaan,baik berkaitan dengan ilmu agama dan bacaan umum yang lain.

Jika kemudian fungsi keulamaan disunat pada batas-batas remeh remeh saja, maka kualitas ulama pun akan menyesuaikan dengan fungsi yang sedikit itu. Bayangkan apa jadinya jika fungsi yang dibutuhkan oleh para ulama sebatas pada hal-hal semacam ini:
Bisa jadi pemimpin doa dan zikir, khususnya saat ada kematian
Ada orang mengaji di kuburan
Ada yang memenuhi undangan berdoa dan shalawatan pada acara tertentu
Ada yang jadi imam shalat dan mengurus tempat shalat, dll
Abiya Anwar Kuta Krueng bersama Abu Mudi
Tidak ada yang salah dengan fungsi-fungsi tersebut. Yang salah adalah menjadikannya sebagai fungsi utama, melenceng dari fungsi ulama sebagaimana mestinya. Jika demikian ya sudah, paradigma yang terbangun di kalangan pelajar agama Islam pun adalah, "saya belajar agama biar bisa mendoakan orang meninggal", "kalian anak sekolah silahkan buat ini itu segala macam! Tapi nanti kalau ada yang meninggal, kamu atau saudara kamu pasti kami yang doakan", "selesai menuntut ilmu agama nanti pasti akan ada banyak undangan kenduri dan sedekah". Sekarang apakah capaian seperti d atas selayaknya dijadikan target seorang penuntut ilmu agama?? Apakah kita hanya bisa berpikir sependek itu??

Justru selayaknya fungsi keulamaan diperluas seluas-luasnya. Bagaimana memberikan solusi terhadap problematika yang muncul dengan sudut pandang pemahaman agama Islam, seharusnya para pelajar agama berperan aktif dan menghasilkan ide-ide untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Bagaimana mewujudkan perkembangan ekonomi, mengentaskan kemiskinan, membangkitkan pikiran kreatif, mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, mewujudkan stabilitas politik dan pemerintahan dan isu-isu major lainnya. Semua diselesaikan dari sudut yang sesuai dengan keilmuannya masing-masing.

Semua itu tentu saja baru bisa terwujud dengan kemampuan meneliti. Masalah baru bisa diselesaikan dengan kemampuan pengumpulan dan pengolahan data yang baik, kemudian menghasilkan temuan dan simpulan yang bermanfaat dan bisa dipasang sebagai solusi untuk masalah yang hendak diselesaikan. Lalu dilengkapi dengan kemampuan deskripsi dan menulis yang baik dan benar, penguasaan media dan lain sebagainya.

Sekarang bagaimana semua itu bisa terwujud jika menulis tidak pernah merasa perlu dipelajari, meneliti tidak harus dilakukan, penguasaan teknologi dan media terbatas, penguasaan bahasa terbatas pada bahasa daerah saja, bahasa nasional terbata-bata, bahasa internasional tidak dipelajari sama sekali, kemandirian ekonomi tidak mampu dicapai malahan justru bergantung pada sedekah dan pemberian orang, Bagaimana kita pelajar agama bisa diharapkan dapat melakukan fungsi-fungsi seperti di atas.

Abu Mudi dan Waled Nu bersama Habib Umar dan habaib lainnya.
Kecuali jika pelajar agama di masa sekarang memang sudah setuju dan nyaman dengan paradigma berfikir bahwa fungsi dan tujuan belajar agama sebatas mendoakan orang yang sudah mati, mengaji di kuburan dan menghadiri undangan kenduri saja. Ingat bahwa saya tidak mempermasalahkan hal-hal itu, saya pun pernah melakukannya. Tapi kita para pelajar agama, mari sama-sama mengembalikan fungsi ilmu agama sebagaimana kedudukannya yang tinggi. Mari ikut berkarya, meneliti, memberikan solusi, memperbaiki apa yang keliru, mari mengubah wajah pelajar agama sebagai kader-kader ulama menjadi wajah yang lebih akademis dan bernilai, lebih dari sekedar fungsi sampingan saat orang meninggal.

Terakhir kali tentu saja tulisan di atas sebatas merupakan opini penulis. Sah-sah saja dibantah atau dikoreksi, bahkan memang sewajarnya demikian. Tetapi tolong utarakan dengan bahasa dan cara yang berkelas. Kalau sekedar mampu memberikan sumpah serapah, tuduhan dan kecurigaan tidak jelas atau tanggapan sampah, sebaiknya tidak usah ikut berkomentar, karena tulisan ini memang tidak diarahkan untuk orang semacam itu.

Oleh Teungku Rudy Fachruddin, S.IT (Sarjana Ilmu Quran dan Tafsir, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh dan Dewan Guru di Dayah Darul Ulum, Lueng Ie, Aceh Besar).
Read More