TARBIYAH ONLINE: sirah nabawiyah

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label sirah nabawiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sirah nabawiyah. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Januari 2020

Sirah Sahabat: Mu’adz bin Jabal, Sahabat yang Dikenal Sangat Memahami Hukum Islam

Januari 13, 2020

Sirah Sahabat | Mu’adz bin Jabal, salah seorang sahabat yang terkemuka Rasululloh SAW. yang terkenal dengan kecerdasan dan keberaniannya, dan dinyatakan “orang yang paling tahu tentang yang halal dan yang haram”. Siapakah beliau? Berikut kami sajikan biografinya.

Ia adalah Muadz bin jabal RA, seorang pemuda dengan wajah berseri, pandangan menarik dan gigi putih berkilat serta memikat, Perhatian dengan sikap dan ketenangannya.
Dan jika bicara maka orang yang melihat akan tambah terpesona karenanya.

Muadz bin jabal RA memiliki kelebihan dan keitstimewaan yang utama ialah fiqih atau keahliannya dalam soal hukum. Keahliannya dalam fiqih dan ilmu pengetahuan ini mencapai taraf yang menyebabkannya berhak menerima pujian dari Rasulullah SAW dengan sabdanya: “Umatku yang paling tahu akan yang halal dan yang haram ialah Mu’adz bin Jabal.”

Ketika Rasulullah SAW hendak memerintahkan Muadz untuk pergi ke negeri Yaman, terlebih dulu ia ditanya oleh Rasululloh, “Apa yang menjadi peganganmu dalam menghakimi sesuatu perkara, hai Mu’adz?”
Mu’adz menjawab, “Kitabullah (Al-Qur’an)” . Nabi bertanya lagi, “Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?”

“Saya putuskan dengan Sunnah Rasul,” jawabnya. “Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?”, tanya Rasulullah. “Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia,” jawab Muadz.

Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah,” sabda beliau.

Kecerdasan inilah yang menyebabkan Mu’adz berhasil mencapai kekayaan dalam ilmu fiqih, mengatasi teman dan saudara-saudaranya hingga dinyatakan oleh Rasulullah sebagai “orang yang paling tahu tentang yang halal dan yang haram”.

Suatu hari, pada masa pemerintahan Khalifah Umar, A’idzullah bin Abdillah masuk masjid bersama beberapa orang sahabat. Maka ia pun duduk pada suatu majelis yang dihadiri oleh tiga puluh orang lebih.

Masing-masing menyebutkan sebuah hadits yang mereka terima dari Rasulullah SAW. Pada halaqah atau lingkaran itu ada seorang anak muda yang amat tampan, hitam manis warna kulitnya, bersih, baik tutur katanya dan termuda usianya di antara mereka.

Jika pada mereka terdapat keraguan tentang suatu hadits, mereka tanyakan kepada anak muda itu yang segera memberikan fatwanya.

“Dan ia tak berbicara kecuali bila diminta. Dan tatkala majelis itu berakhir, saya dekati anak muda itu dan saya tanyakan siapa namanya, ia menjawab, saya adalah Mu’adz bin Jabal,” tutur A’idzullah.

Shahar bin Hausyab tidak ketinggalan memberikan ulasan, katanya, “Bila para sahabat berbicara, sedang di antara mereka hadir Mu’adz bin Jabal, tentulah mereka akan sama-sama meminta pendapatnya karena kewibawaannya.”

Di masa Kahilafah Abu Bakar RA Mu’adz diutus untuk kembali ke Yaman. Dan Umar mengetahui bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya, maka ia mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar agar kekayaan Mu’adz itu dibagi dua. Tanpa menunggu jawaban Abu Bakar, Umar segera pergi ke rumah Mu’adz dan mengemukakan masalah tersebut.

“Mu’adz adalah seorang yang bersih tangan dan suci hati. Dan seandainya sekarang ia telah menjadi kaya raya, maka kekayaan itu diperolehnya secara halal, tidak pernah diperolehnya dengan berbuat dosa. Bahkan juga tak hendak menerima barang yang syubhat”, kata Umar.

Oleh sebab itu, usul Umar ditolaknya dan alasan yang dikemukakannya dipatahkannya dengan alasan pula. Umar berpaling meninggalkannya. Pagi-pagi keesokan harinya Mu’adz pergi ke rumah Umar.

Ketika sampai di sana, Mu’adz merangkul dan memeluk Umar, sementara air mata mengalir mendahului kata-katanya. “Malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah anda datang, hai Umar, dan menyelamatkan saya!”

Kemudian bersama-sama mereka datang kepada Abu Bakar, dan Mu’adz meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya. “Tidak satu pun yang akan kuambil darimu,” ujar Abu Bakar.

“Sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik,” kata Umar menghadapkan pembicaraannya kepada Mu’adz. Andai diketahuinya bahwa Mu’adz memperoleh harta itu dari jalan yang tidak sah, maka tidak satu dirham pun Abu Bakar yang saleh itu akan menyisakan baginya.

Namun Umar tidak pula berbuat salah dengan melemparkan tuduhan atau menaruh dugaan yang bukan-bukan terhadap Mu’adz. Hanya saja masa itu adalah masa gemilang, penuh dengan tokoh-tokoh utama yang berpacu mencapai puncak keutamaan.

Amirul Mukminin Umar bin Khatab RA sendiri sering meminta pendapat dan buah pikirannya. Bahkan dalam salah satu peristiwa di mana ia memanfaatkan pendapat dan keahliannya dalam hukum, Umar pernah berkata, “Kalau tidaklah berkat Mu’adz bin Jabal, akan celakalah Umar!”

Ia seorang pendiam, tak hendak bicara kecuali atas permintaan hadirin. Dan jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka pulangkan kepada Mu’adz untuk memutuskannya. Maka jika ia telah buka suara, adalah ia sebagaimana dilukiskan oleh salah seorang yang mengenalnya: “Seolah-olah dari mulutnya keluar cahaya dan mutiara.”

Dan kedudukan yang tinggi di bidang pengetahuan ini, serta penghormatan kaum Muslimin kepadanya, baik selagi Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat, dicapai Mu’adz sewaktu ia masih muda.

Ia meninggal dunia di masa pemerintahan Umar, sedang usianya belum 33 tahun! Mu’adz adalah seorang yang murah tangan, lapang hati dan tinggi budi. Tidak sesuatu pun yang diminta kepadanya, kecuali akan diberikannya langsung.

Ia meninggal dunia di masa pemerintahan Umar, dengan hati yang ikhlas. Sungguh kemurahan Mu’adz telah menghabiskan semua hartanya.

Pada suatu pagi Rasulullah bertemu dengan Mu’adz, maka beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu di pagi hari ini, hai Mu’adz?””Di pagi hari ini aku benar-benar telah beriman, ya Rasulullah,” jawabnya. “Setiap kebenaran ada hakikatnya,” kata Nabi pula, “maka apakah hakikat keimananmu?”

“Setiap berada di pagi hari, aku menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Dan setiap berada di waktu sore, aku menyangka tidak akan mencapai lagi waktu pagi.

Dan tiada satu langkah pun yang kulangkahkan, kecuali aku menyangka tiada akan diiringi dengan langkah lainnya. Dan seolah-olah kesaksian setiap umat jatuh berlutut, dipanggil melihat buku catatannya. Dan seolah-olah kusaksikan penduduk surga menikmati kesenangan surga. Sedang penduduk neraka menderita siksa dalam neraka.”

Maka sabda Rasulullah SAW, “Memang, kamu mengetahuinya, maka pegang teguhlah jangan dilepaskan!”

Menjelang akhir hayatnya, Mu’adz berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya selama ini aku takut kepada-Mu, tetapi hari ini aku mengharapkan-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa aku tidaklah mencintai dunia demi untuk mengalirkan air sungai atau menanam kayu-kayuan, tetapi hanyalah untuk menutup haus di kala panas, dan menghadapi saat-saat yang gawat, serta untuk menambah ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaatan.”

Lalu diulurkanlah tangannya seolah-olah hendak bersalaman dengan maut, dan dalam keberangkatannya ke alam gaib, ia masih sempat berujar, “Selamat datang wahai maut. Kekasih tiba di saat diperlukan…” Dan nyawa Mu’adz pun melayanglah menghadap Allah. Subhanallah!

Semoga Kisah ini menjadi khazanah dan ibrah bagi kita, sehingga tiada satu katapun yang tertinggal untuk kita amalkan.

Karena satu kenangan terindah apabila kita meninggalkan jejak langkah yang bermanfaat untuk umat manusia.

Oleh Faisol Abdurrahman, Alumni dan Staff Pengajar di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah | Sarjana Komunikasi Islam IAIN Pontianak | Bidang Dakwah dan Kajian Keislaman Ikatan Santri dan Alumni Al-Khaliliyah (Insaniyah).

Artikel ini telah tayang di Pecihitam.org
Read More

Kamis, 10 Mei 2018

BERKENALAN DENGAN ISTRI-ISTRI NABI SAW

Mei 10, 2018


1. Khadijah binti Khuwailid (Istri pertama dari kaum janda yang merupakan seorang wanita mulia yang memberikan keturunan kepada Nabi SAW: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqaiyah, Fathimah, Abdullah, Qasim).




2. Saudah binti Zam'ah al-Amiriyyah (Seorang Janda dari Sakran yang ikut hijrah ke Habasyah). Ialah yang menjadi ibu pengganti bagi putri-putri Rasulullah SAW ketika Khadijah telah wafat.

3. A'isyah binti Abu Bakar (Satu-satunya wanita yang dinikahi oleh Nabi SAW dalam keadaan gadis). Yang dipinang di masa yang sama dengan Saudah, namun baru dinikahi ketika ia telah tumbuh dewasa.

3. Ummu Salamah (Seorang Janda dari sahabat yang ikut hijrah ke Habsyah, di awal-awal Islam, Abu Salamah).

4. Hafshah binti Umar bin Al Khatthab (Seorang janda perang Uhud dari sahabat bernama Khunais ibn Hadzafah As-sahmi). Ia adalah istri Nabi SAW yang pernah ditalak oleh Nabi SAW, kemudian dirujuk kembali.

5. Zainab binti Khuzaimah (Seorang janda perang Uhud dari sahabat bernama Abdullah bin Jahsyi). Beliau hanya hidup bersama Nabi SAW sekitar 2-3 bulan, sebelum akhirnya meninggal. Ia juga dikenal sebagai Ibu orang-orang miskin, karena kecintaan dan kepeduliannya kepada kaum miskin. Ia juga menjadi istri Nabi SAW yang wafat di masa Nabi SAW masih hidup, setelah Khadijah al Kubra.

6. Raihanah (Seorang budak tawanan perang yang awalnya menolak menjadi istri Nabi SAW, dan memilih menjadi budak saja karena ia memilih agama Yahudi yang sudah dipeluknya. Hingga akhirnya Allah SWT memberikan hidayah kepadanya menjadi muslim hingga akhir hayatnya).

7. Juwairiyah (Tawanan perang/ anak dari pemimpin Bani Musthaliq yang dinikahi Nabi SAW) yang sebab perkawinan tersebut, sang ayah memeluk Islam beserta seluruh kaumnya.

8. Zainab binti Jahsyi (Putri dari bibi Nabi SAW -Umaymah binti Abdul Mutthalib, ia juga merupakan janda cerai daripada sahabat sekaligus anak angkat Nabi SAW, Zaid bin Haritsah). Kisah perkawinan dengan Zainab adalah yang paling rumit diantara yang lain, hingga Allah SWT yang "turun tangan".

8. Mariyah al Qibtiyah (Seorang budak wanita dari Qibti, yang dihadiahkan oleh Raja Al Iskandariyah, Mesir kepada Nabi SAW dan dimerdekakan serta dijadikan istri. Darinya lahir putera Nabi SAW bernama Ibrahim).

9. Ummu Habibah (Ia bernama Ramlah binti Abu Sufyan. Ia adalah janda dari sahabat yang hijrah ke Habasyah, Ubaidillah bin Jahsyi. Namun sayang, ia murtad dari Islam dan masuk Kristen. Sehingga kehidupan Ramlah yang menanggung malu serta memiliki seorang putri bernama Habibah ini dipinang oleh Nabi SAW).

10. Shafiyah binti Huyay (Tawanan perang Khaibar, putri dari pemimpin Yahudi disana. Ia dibebaskan dari status budak dan diperistrikan oleh Nabi SAW). Ia menceritakan pernah bermimpi didatangi rembulan purnama hingga masuk ke kamarnya dan menerangi seluruh rumahnya. Disebabkan mimpi itu, ia dipukul oleh suaminya ketika itu, Kinanah bin Abi Al Haqiq, lantaran menjadi tanda ia akan mengikuti dan mencintai Muhammad Raja Bangsa Arab (Rasul SAW).

11Maimunah (Yang sebelumnya bernama Barrah binti Al Harits yang dinikahi Nabi SAW ketika Umrah qada' yang dilakukan Nabi SAW sebelum Fathul Makkah. Ia menjadi wanita terakhir yang dinikahi oleh Nabi SAW).

Sedangkan beberapa nama lain, seperti putri Al Jaun dari Bani Anbar, Khaulah binti Al Hudzail,, Laila binti Al Khatim Al Ausiyah, seorang wanita dari Bani Ghifar dan seorang wanita dari Bani Kindah, meski telah dinikahi oleh Nabi SAW, namun kesemuanya belum sempat digauli sebagaimana lazimnya suami-istri dengan berbagai alasan.


Disarikan dari buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad (terj: Fii Baiti ar-Rasul) karya Dr. Nizar Abazhah, dari Damaskus, Suriah.
Read More

Minggu, 11 Maret 2018

KEUTAMAAN SAYIDAH FATHIMAH AZ-ZAHRA (PERINGATAN HARI LAHIRNYA PENGHULU WANITA SURGA)

Maret 11, 2018

Sayyidah Fathimah az-Zahra merupakan seorang perempuan yang sangat cantik, mirip dengan ayah beliau yang sangat rupawan, Sayyiduna Muhammad SAW.
Dilahirkan pada hari jum`at, 20 Jumadil akhir 5 tahun sebelum Muhammad SAW diutus sebagai Rasul. Tahun di mana Rasulullah SAW menjadi pendamai di tengah petinggi kabilah-kabilah Arab yang bertikai untuk menentukan siapa yang paling berhak mengangkat hajar aswad setelah banjir besar melanda Kota Mekkah.
Jubah Sayyidah Fathimah Az-zahra
Kelahiran Sayyidah Fathimah dirayakan besar-besaran.
Beliaulah perempuan nomor 1 diantara perempuan yang ada seluruh alam.
Keagungan itu diberikan atas kesabaran beliau menempuh berbagai penderitaan:
1. Sayyidah Fathimah kecil menjadi anak satu-satunya yang berada di rumah karena kakak-kakaknya menikah dan ikut suami mereka yang berasal dari keluarga terpandang & kaya raya. Sayyidah Fathimah sangat dekat dengan sang ayah, melayani keperluan orang tua.
2. Sayyidah Fathimah merupakan anak perempuan pertama yang masuk Islam.
3. Sayyidah Fathimah selalu setia berada di sisi sang ayah, saat sang ayah dihina, dicaci maki, disakiti.
4. Sayyidah Fathimah merasakan penderitaan diboikot 3 tahun, saat bahan makanan pun tidak ada, dan hanya memakan dedauan.
5. Keluar dari boikot, Sayyidah Fathimah yang dalam kondisi lemah, kehilangan ibundanya.
6. Di perjalanan menuju Madinah, untuk menyusul sang ayah, Sayyidah Fathimah pun jatuh dari tunggangan, akibat ulah kejahatan kafir Quraisy yang mengejar.
7. Di Madinah, untungnya isteri ke dua sang ayah setelah Khadijah al Kubra, Ummuna "Saudah binti Zam`ah al-`Amiriyah" sangat sangat sayang & memperhatikan, dan kesehatan Sayyidah Fathimah mulai memulih.
8. Menikah dengan Sayyiduna Ali dalam perayaan pernikahan yang paling luar biasa masa itu, kaum muslim sangat bahagia dengan kebahagian Sayyiduna Rasulullah SAW.
9. Pernikahan beliau di usia 17 atau 18 tahun, di umur yang tergolong lambat menikah; karena sibuknya keluarga mulia itu dalam memikul beban dakwah & ketinggian derajat beliau, sehingga lelaki yang setaraf sangat sedikit.
Jangan sampai ada yang mengikuti musuh-musuh Islam yang mengatakan hal yang tidak senonoh (dianggap sebagai perempuan jelek & tidak laku).
10. Dan sangat pas dengan Sayyiduna Ali yang merupakan anak laki-laki pertama yang masuk Islam.
11. Pernikahan Sayyidah Fathimah & Sayyiduna Ali merupakan idzin & wahyu dari Allah SWT.
Sebelum Sayyiduna Ali, Sayyiduna Abu Bakr & Sayyiduna Umar meminang tapi ditolak karena tidak ada wahyu untuk itu, menunjukkan bahwa semua yang dilakukan & dikatakan Sayyiduna Rasulullah SAW adalah dari wahyu.
12. Kehidupan pernikahan dengan Sayyiduna Ali yang tidak berpunya banyak harta, kondisi yang lemah & mengerjakan semua pekerjaan rumah tanpa pembantu. Bahkan kadang sang suami ikut membantu ketika tidak sedang sibuk di luar atau dikirim ke luar Madinah untuk suatu tugas.
13. Suatu hari pergi dengan niat meminta budak untuk membantunya mmeberesi pekerjaan rumah pada sang ayah, tapi sesampai di hadapan sang Ayah ia malu mengutarakannya, lalu pulang ke rumah. Dan kembali lagi bersama suaminya Ali untuk memberanikan diri. Tapi permintaan itu ditolak sang Ayah, karena budak itu perlu dijual untuk membeayai anak-anak yatim dari syuhada Uhud. Rasulullah SAW memang membiayai hidup para anak-anak yatim. Beliau SAW memberi amalan untuk Sayyidah Fathimah & suaminya untuk dibaca sebelum tidur.
Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali.
Amalan yang dilaksanakan Sayyidah Fathimah & Sayyiduna Ali sepanjang hidup mereka, mujarrab membuat pengamalnya hilang rasa lelah setelah bangun tidur.
Amalan itu sangat bagus diterapkan oleh para pekerja keras.
Foto Fauzan Inzaghi.
14. Setelah pernikahan, kondisi Sayyidah Fathimah di Madinah terus menerus dalam keadaan lemah, dalam keadaan hamil atau periode menyusui. Tapi dalam semua itu, Sayyidah Fathimah tidak hanya duduk diam di rumah, ia ikut serta dalam berbagai peperangan sebagai tim kesehatan yang merawat luka atau memberi minum para pejuang di medan perang.
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan terhormat & mulia tidak berarti hidup mewah, duduk-duduk di rumah dilayani para pembantu, tapi mereka keluar membantu & berpartisipasi dalam berbagai kepentingan sosial, agama & negara.
15. Sayyidah Fathimah "Ummu Abiha" yang merupakan ibu, isteri & anak bagi sang ayah sangat sedih dengan perpisahan, sakit terus menerus setelah Rasulullah wafat.
Kesabaran Sayyidah Fathimah dalam musibah ditinggalkan sang ayah SAW, sebelumnya ibundanya, seluruh kakak-kakaknya, semua masuk ke lembaran pahala Sayyidah Fathimah.. Berkat itu, Sayyidah Fathimah memperoleh kemuliaan yang lebih tinggi dari kakak-kakak beliau, bahkan dari ibundanya sendiri Khadijah al Kubra.
____
Beliaulah perempuan no 1 di seluruh semesta alam. Hidup sabar menghadapi berbagai cobaan, menunjukkkan bahwa kita di dunia ini untuk diuji, berbuat baik dalam semua kondisi yang kita hadapi & rasakan.
Perlunya kita merubah cara berfikir kita bahwa kemulian & keagungan seseorang di sisi Allah SWT bukanlah dilihat dari kenyamanan hidupnya di dunia.
Ayo mencintai ahli al-Bait yang kita diperintahkan Allah dalam al-Qur`an untuk berhubungan baik pada mereka.
Mereka lah juga yang sudah berjuang berat memikul derita dalam menyampaikan agama agung pada kita

Di hadits dha`if disebutkan: "Barang siapa yang di hatinya ada rasa cinta pada ahli al-bait; mati dalam keadaan syahid".
رضي الله عن فاطمة الزهراء وأرضاها، وصلى الله على أبيها سيدنا محمد أزكى صلاة وأنماها، اللهم صل وسلم وبارك عليه وعلى آله

_____
Sumber:
- Taraajim Sayyidaat Bait an-Nubuwwah.. karangan Binti asy-Syaathi.
- perayaan maulid Sayyidah Fathimah tahun kemaren bersama Syekh Yusri  hafizhahullaah di masjid al-Asyraaf, 23 Jumaadil akhir 1437 / 1 April 2016.
عِقد اللول في سيرة البتول تأليف الشيخ محمد بن حسن بن علوي الحداد.
https://archive.org/details/3iedullul
- Khutbah & prayaan maulid Sayyidah Fathimah bersama Syekh Yusri hafizhahullaah di masjid al-Asyraaf, 20 Jumaadil akhir 1439 / 9 Maret 2018
- Syekh Usamah Mansi al-Hasani hafizhahullaah dalam acara al-amnah.
- al-Habib Muhammad as-Saqqaf hafizhahullaah
Read More

Rabu, 29 November 2017

Dalil dan Hukum Merayakan Maulid

November 29, 2017

Tarbiyah.onlineSudah menjadi rutinitas dan polemik setiap tahun, ketika mendekati bulan Rabiul Awal, diskusi hingga debat terjadi di hampir setiap lini kehidupan masyarakat akan kesahihan perkara perayaan maulid nabi SAW. Pertanyaan yang muncul selalu berkenaan dengan hukum perayaan Maulid dimulai dari boleh tidaknya. Hingga bentuk perayaan yang bagaimana.

Banyak ulama yang telah menjelaskan hukum maulid dari hampir setiap generasi. Sebenarnya polemik ini semestinya tidak lagi menjadi perbincangan yang membuat hubungan antar muslim retak. Namun, apa mau dikata, demikianlah kondisi umat di setiap masa yang mempertanyakan suatu kasus yang sejatinya telah tunas dibahas oleh generasi awal.

Secara nalar, mengingat keberadaan dan kewujudan seseorang yang sangat kita cintai merupakan salah satu bentuk cinta dan penghormatan. Adakah ia bersifat tahunan, bulanan, mingguan harian, atau bahkan setiap saat. Tentunya itu bergantung kepada kondisi kecintaan. Demikian pula bentuk penghormatan dan kecintaan yang dilakukan, bisa beragam, selama pekerjaan itu merupakan hal yang disukai oleh yang dicinta.

Dalam sirah, diceritakan bagaimana salah satu ekspresi cinta yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap istri pertamanya Khadijah al Kubra binti Khuwailid R.A. Beliau SAW sering mengunjungi untuk sekedar bersilaturrahim terhadap kerabat istri tercintanya, membagikan makanan kepada mereka dan hal lainnya. Padahal ketika itu Khadijah R.A telah meninggal. Namun kecintaan Nabi SAW kepadanya tidak luntur sedikit pun. Pada kesempatan lain, Nabi SAW terkenang kepada perjalanan hidup yang mereka berdua lalui semasa istrinya hidup. Mengingat pahit dan manisnya perjuangan bersama-sama dahulu. Itulah salah satu ekspresi cinta yang ditunjukkan Nabi SAW kepada istrinya yang  telah mendahuluinya untuk berjumpa Rabb SWT.

Maka, iman  yang sehat dan nalar yang cemerlang menuntut kita untuk terus mengingat dan mengenang kisah hidup serta kebesaran cinta rahmat yang disebarkan oleh Nabi SAW selaku manusia yang seharusnya paling dicintai. Bahkan melebihi cinta kepada pasangan, orangtua ingga diri sendiri.

Cukuplah sebagai dalil hadits riwayat Imam Bukhari, saat Umar bin Khattab R.A mendatangi Nabi SAW dan berkata,” Wahai Rasulullah, engkau lebih kucintai daripadda segala sesuatu kecuali diriku sendiri. Maka Rasulullah bersabda,”Tidak sempurna iman salah satu diantara kalian hingga aku lebih dicintai daripada dirinya sendiri.” Umar pun tersadar dan berucap, “Sekarang, demi Allah sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Lalu beliau SAW bersabda,”Sekarang wahai Umar, cintamu telah sempurna.”

Bahkan Ulama besar dari mazhab Hanbali yaitu Ibn Rajab al Hanbali berkata,”Mencintai Rasulullah SAW termasuk dari prinsip-prinsip iman. Mencinai beliau berarti sama dengan mencintai Allah SWT. Sungguh Allah telah menyertakan cinta kepada-Nya dengan cinta kepada Nabi SAW. Serta mencela orang-orang yang mengedepankan cita kepada harta, keluarga, kerabat, tanah air dan lainnya. Sebagaimana tertera dalam AL Quran sura taubah ayat 24.”

Salah seorang ulama besar dari Al Azhar, Mesir, Syeikh Ali Jum’ah yang pernah menduduki jabatan Mufti negara Mesir pun tak absen menjadi target penanya. Beliau dengan tegas mengatakan, ”Peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW adalah amalan yang paling utama dan termasuk ibadah paling agung, karena hal tersebut adalah ekspresi kegembiraan dan cinta kepada Beliau. Dan cinta kepada Rasulullah adalah prinsip dari semua dasar iman.”

Memang tidak ada sebuah dalil khusus yang menyatakan “Peringatilah oleh kalian akan hari lahir ku.” Atau yang senada dengannya. Hanya saja, banyak sekali hadits maupun ayat yang secara umum dan memiliki kaitan erat dengan melakukan suatu ibadah khusus dengan sebab cinta, gembira dan rasa syukur.

Diantaranya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Dari Umar bin Khattab R.A ia berkata, “Nabi SAW ditanya mengenai puasa di hari senin. Beliau SAW lantas menjawabm “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan, dan hari dimana aku diutus menjadi Rasul (atau hari pertama aku mendapat wahyu).”

Dalam hadits tersebut terdapat isyarat yang sangat tampak bahwa Rasul SAW bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kelahirannya ke dunia ini dengan cara berpuasa di hari Senin. Nabi SAW merayakan hari lahirnya setiap Senin dengan cara berpuasa. Itu adalah bentuk syukur beliau. Namun yang demikian bukan berarti memperingati kelahiran Nabi SAW hanya dilakukan dengan cara berpuasa. Karena, ulama terdahulu sejak aabad keempat hijrah, telah mengadakan perayaan maulid, dengan melakukan berbagai macam ibadah. Seperti memberi makan, membaca alQuran, berzikir, serta melantunkan sya’ir yang berisikan pujian kepada Nabi SAW. Realitas ini diungkap oleh banyak sekali ulama pakar sejarah, seperti Ibnul Jauzi, Ibn Katsir, Al Hafizh Ibn Dhihyah al Andalusi, Al Hafizh Ibn Hajar Al Asqalani dan ulama hadits Imam As-Shuyuthi. Rahimahumullahu ajma;in.

Ibn Hajar Al Asqalani menjadikan hadits Nabi SAW tentang puasa Asyura yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sebagai dalil kebolehan dan kesunnahan Maulid. ”Suatu ketika Nabi SAW datang ke Madinah dan menjumpai orang-orang Yahudi berpuasa di hari ‘Asyura, yaitu 10 Muharam. Beliau SAW lalu bertanya kepada mereka, dan mereka menjawab, “ini adalah hari dimana Allah menenggelamkan Fir’un dan menyelamatkan Musa. Maka kami berpuasa pada hari ini karena bersyukur kepada Alah SWT.”

Dari hadits tersebut, kata Ibn Hajar, “Dapat diambil faedah tentang amalan sebagai wujud syukur kepada Allah atas apa yang Dia anugerahkan pada hari tertentu dengan diberi nikmat atau terolajkna suatu bencana. Dan amalan itu diulani setiap tahunnya di hari/anggal yang sama. Bentuk syukur dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti bersujud, puasa, sedekah dan membaca Al Quran. Selama itu adalah bentuk ibadah. Dan tentu saja, nikmat apa yang lebih agung daripada nikmat kehadiran dan kewujudan Rasulullah Muhammad SAW sang pembawa rahmat?.”

Sebagian ulama pakar fiqh bahkan menuliskan kitab mengenai kesunnahan dan keharusan melakukan perayaan maulid. Mereka memaparkan dalil-dalil dalam kitabnya. Seperti kitab Al- Madkhal yang ditulis ulama dari mazhab Maliki Ibn Hajj. Menuliskan secara panjang lebar mengenai keistimewaan dan keutamaan perayaan maulid.

Dalam mazhab Syafi’i, Imam As-Suyuthi bahkan menulis kitab khusus berjudul Husn al Maqashiq fi ‘Amal al Maulid. Didalam sana mbeliau menjawab pertanyaan secara lugas, “Apa hukum perayaan Maulid secara syari’ah, terpuji atau tercela, pelakunya mendapatkan pahala atau malah dosa karena bid’ah?”

Singkatnya, Imam As-Suyuti berkata, ”Perayaan Maulid tidak bertentangan dengan Quran, Sunnah, Atsar dan Ijma’. Perayaan ini tidak tercela, sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i (yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi,”Perkara baru dalam agama ada dua macam. Pertama dibuat idak sesuai Quran, Sunnah Atsar dan Ijma’, maka itu adalah bid’ah yang tercela. Kedua perkara baru yang baik, yang tidak ditentang seorang pun, maka hal ini tidak tercela. Sebagaimana Ijma’Sahabat atas perkara baru yang dilakukan Khalifah Umar tentang Shalat malam di bulan ramadhan.) ia adalah perkara baik yang belum dikenal di awal-awal islam. Sesungguhnya bersedekah makanan yang tidak dibarengi dengan perbuatan dosa adalah perbuatan baik. Karena itu Maulid dianggap sebagai bid’ah (perkara baru) yang disunnahkan, sebagaimana pernyataan Sultanul Ulama, imam ‘Izzuddin bin Abdussalam.”

Ulama besar masa ini seperti Abuya Sayyid Alwi Al Maliki rahimahullah mengajukan satu soalan kepada orang yang mempertanyakan dalil peringatan dan perayaan Maulid Nabi SAW, “Adakah kalian mempertanyakan dan melarang kami memperingati dan merayakan hari yang menjadi sebab kita semua mengenal dan beribadah kepada Allah SWT? Sungguh Kelahiran Nabi SAW adalah sebab awal adanya ajaran Islam yang mengajak kita kepada Tauhid dan mengenalkan kita kepada rahmat.”

Syeikh Sa’id Muhammad Ramadhan Al Buthi rahimahullah pun terheran kepada orang-orang yang mencela peringatan Maulid Nabi SAW dengan pernyataan yang hampir sama, ”Memperingati Maulid adalah salah satu ekspresi cinta. Mengkhususkan suatu waktu dari kesibukan pikiran untuk menginga, mengenang dan kembali mengenal bagaimana Teladan terbaik itu hidup. Serta mensyukuri atas segala nikmat yang Allah berikan bersebab darinya. Bukankah Islam dan Tauhid adalah nikmat terbesar yang tiada banding? Lalu dimana letak salahnya memperingati kewujudan pembawa nikmat itu?”

Syeikh Atthiyah Saqqar rahimahullah yang merupakan manan ketua komisi fatwa Azhar berujar dengan pertimbangan keadaan sosial saat ini, “Menurut saya, perayaan Maulid itu boleh dan harus. Menimbang, generasi muda saat ini semakin jauh dengan agama dan pengetahuan akan keteladanan yang luhur. Maka Maulid akan menjadi momentum baginya untuk mengenal Teladan yang terbaik sepanjang zaman (Rasulullah SAW). Dan pun, saat ini betapa banyak perayaan-perayaan yang menyesatkan yang tidak punya nilai islami sedikit pun bahkan telah menghijabi perayaan-perayaan besar dalam Agama Islam. Maka perayaan Maulid dinilai harus diadakan setidaknya setiap tahunnya.”

Pembacaan kitab Syamail Muhammadiyah

Yang harus diingat, bahwasanya Peringatan Maulid Nabi SAW setahun sekali adalah salah satu bentuk ekspresi cinta dan rindu kepada Beliau SAW. Ia harus diisi dengan berbagai ibadah. Seperti sedekah kepada fakir miskin, memberi makan kepada kekasih Rasulullah (anak yatim) dan kaum muslimin umumnya, berkumpul dengan para waris Nabi yaitu para ‘alim ulama, berzikir memuji mengingat Allah, membaca Al Quran, atau berpuasa, bersujud syukur atas nikmat, mempelajari ilmu agama dan memperdalam pengetahuan tentang Rasulullah juga membacakan sya’ir berupa pujian atas keindahan Rasulullah. Itu semua adalah ibadah yang tentu nilainya baik.

Terakhir. Kadang ada pertanyaan nakal yang menjerat pikiran, “Kenapa harus setahun sekali mengekspresikan cinta kepada Nabi SAW. Seharusnya kan setiap saat?” Ya. Pertanyaan tersebut benar adanya. Dan jawabannya sudah tentu, kita harus mencintai Nabi SAW di setiap denyut jantung. Karena ia adalah prinsip iman. Sesaat ia menghilang, sesaat itu pula iman akan menjadi goyah. Hanya saja, bukankah ketika suatu waktu yang dapat mengingatkan kita kepada sebuah nikmat yang besar yang pernah terjadi, akan menambah rasa rindu yang lebih besar dan semakin kuat? Maka bagi yang mencintai Nabi SAW dan mengetahui kelahirannya di tanggal 12 rabiul awal, tentu akan memaknai tanggal itu sebagai sebuah tanggal dan hari yang besar serta istimewa. Karena sekuntum memori akan menancap semakin dalam bersebabkan ziarah tempat dan pengulangan waktu.

Bagi yang pernah merasakan cinta dan sering diselimuti rindu, tentu tahu bagaimana besar pengaruh pengulangan waktu dan jejak tempat. Demikian untuk melengkapi pertnyataan para ulama yang ‘arif yang hatinya selalu dekat dengan zikir kepada Allah, yang statusnya adalah pewaris Nabi yang keilmuannya telah diakui oleh dunia.

Disadur dari berbagai referensi:
Terutama Kitab Al Bayaan Li Maa Yasyghal al Adzhaan & Al Mutasyaddidun Manhajuhum wa Munaqasyatu Ahammi Qadhayaahum karya Syeikh Ali Jum’ah (Terj). dan Ceramah Syeikh Ramadhan Al Buthi dan Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki di Youtube.
Read More

Jumat, 24 November 2017

Terjemahan Kitab Syamail Muhammadiyah Bag.5 (Ikhtishar)

November 24, 2017

Tarbiyah.online | Kitab Syamail Muhammdiyah adalah sebuah kitab hadits yang merangkum segala laku dan ciri tubuh baginda Nabi SAW yang disusun oleh Imam at-Turmudzi atau Imam at Tirmidzi. Dalam postingan kami ini, kami membagi menjadi 5 bagian ikhtisar (rangkuman kitab) dengan jumlah 31 hadits.

23. CARA MAKA RASULULLAH

عن أبيه، «أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يلعق أصابعه ثلاثا»

"Sesungguhnya Nabi saw. menjilati jari jemarinya (sehabis makan) tiga kali."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dariSa'id bin Ibrahim, dari salah seorang anak Ka'ab bin Malik, yang bersumber daribapaknya.)

عن أنس قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا أكل طعاما لعق أصابعه الثلاث».

"Bila Nabi saw. selesai makan, beliau menjilati jari jemarinya yang tiga*."
(Diriwayatkan oleh al Hasan bin `Ali al Khilali, dari `Affan, dari Hammad bin Salamah, dariTsabit, yang bersumber dari Anas r.a.)

*Yang dimaksud jari yang tiga ,yakni: jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.

24. JENIS ROTI YANG DIMAKAN RASULULLAH

عن عائشة، أنها قالت: «ما شبع آل محمد صلى الله عليه وسلم من خبز الشعير يومين متتابعين حتى قبض رسول الله صلى الله عليه وسلم».

"Keluarga Nabi saw. tidak pernah makan roti sya'ir* sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw. wafat."
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad binBasyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja'far, dari Syu'bah, dari Ishaq, dari`Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid*, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

*Sya'ir, khintah dan bur, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indinesia dengan"gandum" sedangkan sya'ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yangterbuat dari sya'ir kurang baik mutunya.
*Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.

عن أنس قال: «ما أكل رسول الله صلى الله عليه وسلم على خوان ولا أكل خبزا مرققا حتى مات».

"Rasulullah saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang halus, hingga wafatnya." 
(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari'Abdullah bin `Amr –Abu Ma'mar-,dari `Abdul Warits, dari Sa'id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari Anasr.a.)

25. LAUK PAUK YANG DIMAKAN RASULULLAH

عن عائشة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «نعم الإدام الخل»
قال عبد الله بن عبد الرحمن، في حديثه: «نعم الإدام أو الأدم الخل».

"Sesungguhnya Rasulullah bersabda: "Saus yang paling enak adalah cuka." 
`Abdullah bin `Abdurrahman berkata :"Saus yang paling enak adalah cuka."  
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin `Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan, dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

عن أبي أسيد قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «كلوا الزيت وادهنوا به؛ فإنه من شجرة مباركة».

"Rasulullah saw. bersabda :"Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi."
(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, daari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkanpula oleh Abu Nu'aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha', yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

عن أنس بن مالك قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم يعجبه الدباء فأتي بطعام، أو دعي له فجعلت أتتبعه فأضعه بين يديه لما أعلم أنه يحبه».

"Nabi saw. menggemari buah labu. maka (pada suatu hari) beliau diberi makanan itu, atau diundang untuk makan makanan itu (labu). Aku pun mengikutinya, maka makanan itu (labu) kuletakkan dihadapannya, karena aku tahu beliau menggemarinya.
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Muhammad bin Ja'far, dan diriwayatkan pula oleh `Abdurrahman bin Mahdi, keduanya menerima dari Syu'bah, dari Qatadah yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

عن عائشة قالت: «كان النبي صلى الله عليه وسلم يحب الحلواء والعسل»

"Nabi saw. menyenangi kue-kue manis (manisan) dan madu."
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Ibrahim ad Daruqi, juga diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib dan diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, mereka menerimanya dari AbuUsamah, dari Hisyam bin `Urwah yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

عن أبي هريرة قال: «أتي النبي صلى الله عليه وسلم بلحم فرفع إليه الذراع وكانت تعجبه فنهس منها».

"Nabi saw. diberi makan daging, maka diambilakn baginya bagian dzir'an.*
Bagian dzir'an kesukaannya. Maka Rasulullah saw. Mencicipi sebagian daripadanya. "
(Diriwayatkan oleh Washil bin `Abdul A'la, dari Muhammad bin Fudlail, dari Abi Hayyan at Taimi, dari Abi Zar'ah, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

*Dzir'an adalah bagian tubuh binatang dari dengkul sampai bagian kaki.

سمعت عبد الله بن جعفر يقول: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إن أطيب اللحم لحم الظهر».

"Daging yang paling baik adalah punggung." 
(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad, dari Mis'ar, dari Syaikhan, dari Fahm,* yang bersumber dari `Abdullah bin Ja'far r.a.)

*Namanya adalah Muhammad bin `Abdullah, disebut pula Muhammad bin


`Abdurrahman, juga disebut Abu Hay.

26. WUDHU' RASULULLAH

عن سلمان قال: قرأت في التوراة أن بركة الطعام الوضوء بعده، فذكرت ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم، وأخبرته بما قرأت في التوراة، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «بركة الطعام الوضوء قبله والوضوء بعده».

"Kubaca dalam Taurat bahwa berkah makanan itu karena berwudlu sebelum makan dan berwudlu sesudahnya". Hal tersebut kukatakan kepada Nabi saw., dan kukabarkan apa yang pernah kubaca dalam Taurat itu, maka Rasulullah saw. Bersabda :"Berkah makanan itu disebabkan berwudlu sebelum makan serta sesudahnya." 
(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari `Abdullah bin Numair, dari Qais bin Rabi'. Hadist inipun diriwayatkan pula oleh Qutaibah, dari `Abdul Karim al Jurjani, kedua riwayat itu bersumber dari Qeis bin Rabi', dari Abi Hisyam Adahzadan yang bersumber dari Salman r.a.)

27. DOA SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN RASULULLAH

عن أبي أيوب الأنصاري قال: كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم يوما، فقرب طعاما، فلم أر طعاما كان أعظم بركة منه، أول ما أكلنا، ولا أقل بركة في آخره، فقلنا: يا رسول الله، كيف هذا؟ قال: «إنا ذكرنا اسم الله حين أكلنا، ثم قعد من أكل ولم يسم الله تعالى فأكل معه الشيطان».

"Pada suatu hari, kami berada di rumah Rasulullah saw., maka Beliau menyuguhkan suatu makanan. Aku tidak mengetahui makanan yang paling besar berkahnya pada saat kami mulai makan dan tidak sedikit berkahnya di akhir kami makan." 

Abu Ayub bertanya : "Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya hal ini bisa terjadi?" Rasulullah saw. bersabda :"Sesungguhnya kami membaca nama Allah waktu akan makan, kemudian duduklah seseorang yang makan tanpa menyebut nama Allah, maka makannya disertai syetan."
(Diriwayatkan oleh Qutaibah Dari Ibnu Luhai'ah, dari Yazid bin Abi Habib, dari Rasyad binJandal al Yafi'I, dari Hubeib bin Aus, yang bersumber dari Abu Ayub al Anshari r.a.)

عن عائشة، قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إذا أكل أحدكم فنسي أن يذكر الله تعالى على طعامه فليقل: بسم الله أوله وآخره».

"Rasulullah saw. bersabda :"bila salah seorang dari kalian makan, tapi lupa menyebut nama Allah atas makanan itu, maka hendaklah ia membaca :"Bismillahi awwalahu wa akhirahu." (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya). 
(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari abu Daud, dari Hisyam ad Distiwai, dari Budail al `Aqili, dari `Abdullah bin `Ubaid bin `Umair, dari Ummu Kultsum, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

عن أبي سعيد الخدري قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا فرغ من طعامه قال: «الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا مسلمين».

"Apabila Rasulullah saw. selesai makan, maka Beliau membaca : "Alhamdulillahilladzi ath'amana wa saqana wa ja'alana muslimin." (Segala puji bagi Allah Yang memberi makan kepada kami, memberi minum kepada kami dan menjadikan kami orang-orang islam). 
(Diriwayatkan oleh Mahmud Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan as Tsauri, dari Abu Hasyim, dari Ibnu Isma'il bin Riyah, dari bapaknya (Riyah bin `Ubaid), yang bersumber dari Abu Sa'id al khudri r.a.) 

عن أبي أمامة قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رفعت المائدة من بين يديه يقول: «الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه غير مودع ولا مستغنى عنه ربنا».

"Adapun Rasulullah saw., bila hidangan makan telah diangkat dari hadapannya,maka beliau membaca :"Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ghaira muwadda'iw wa la mustaghnan `anhu Rabbana." (Segala puji bagi Allah, puji yang banyak tiada terhingga. Puji yang baik lagi berkah padanya.Puji yang tidak pernah berhenti. Dan puji tidak akan mampu lisan menuturkannya, ya Allah Rabbal `Alamin).
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa'id, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan yang bersumber dari Abu Umamah r.a.)

28. TEMPAT MINUM RASULULLAH

عن ثابت قال: أخرج إلينا أنس بن مالك، قدح خشب غليظا مضببا بحديد فقال: «يا ثابت، هذا قدح رسول الله صلى الله عليه وسلم».

"Anas bin Malik r.a. memperlihatkan kepada kami tempat minuman yang terbuat dari kayu. Tempat minuman itu tebal dan dililit dengan besi". kemudian Anas r.a. menerangkan : "Wahai Tsabit! Inilah tempat minum Rasulullah saw." 
(Diriwayatkan oleh al Husain bin al Aswad al Baghdadi, dari `Amr bin Muhammad, dari `Isa bin Thuhman, yang bersumber dari Tsabit r.a.)

عن أنس قال: «لقد سقيت رسول الله صلى الله عليه وسلم بهذا القدح الشراب كله، الماء والنبيذ والعسل واللبن».

"Sungguh ke dalam cangkir ini telah kutuangkan berbagai minuman untuk Rasulullah saw., baik itu air, nabidz*, madu ataupun susu." 
(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid dan Tsabit, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

*Nabidz adalah air kurma, yakni beberapa biji kurma dimasukkan ke dalam air kemudian dibiarkan (semalam) sampai airnya terasa manis.
*Anas bin malik pernah melayani Rasulullah selama 10 tahun.

Baca juga Bagian Pertama

29. BUAH-BUAHAN YANG DIMAKAN RASULULLAH

عن عبد الله قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم يأكل القثاء بالرطب».


"Nabi saw. memakan qitsa* dengan kurma (yang baru masak)." 
(Diriwayatkan oleh Isma'il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa'id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja'far r.a.)

*Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis) 

عن عائشة: «أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يأكل البطيخ بالرطب».

"Sesungguhnya Nabi saw. memakan semangka dengan kurma (yang baru masak).” 
(Diriwayatkan oleh `Ubadah bin `Abdullah al Khaza'i al Bashri, dari Mu'awiyah bin Hisyam, dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

Baca juga bagian kedua

30. MINUMAN RASULULLAH

عن عائشة، قالت: «كان أحب الشراب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الحلو البارد».

"Minuman yang paling disukai Rasulullah saw. adalah minuman manis yang dingin." 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma'mar, dari Zuhairi, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

31. CARA MINUM RASULULLAH

عن ابن عباس: «أن النبي صلى الله عليه وسلم شرب من زمزم وهو قائم».

"Sesungguhnya Rasulullah saw. minum air zamzam sambil berdiri."
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya, dari Sya'bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

عن جده قال: «رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يشرب قائما وقاعدا».

"Aku melihat Rasulullah saw minum dengan berdiri dan duduk"
(Diriwayatkan oleh Qutaibah dari Muhammad bin Ja'far dari Husain dari Ma'mar dari ayahnya dari kakeknya )

عن أنس بن مالك، أن النبي صلى الله عليه وسلم: كان يتنفس في الإناء ثلاثا إذا شرب، ويقول: «هو أمرأ وأروى».

"Sesungguhnya Rasulullah saw. menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau bersabda :"Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan." 
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa'id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad, keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa'id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
Read More