TARBIYAH ONLINE: albuty

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label albuty. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label albuty. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 September 2022

Tidak Hanya Disetir Penguasa, Ulama Juga Tidak Boleh Ikuti Awam

September 20, 2022

Syeikh Buthy


Tarbiyah Online - Thalibul ilm dan orang alim itu tidak boleh disetir oleh penguasa, disatu waktu dia juga tidak boleh disetir oleh umat dan jamaah. Walau seluruh umat memprotes dan memprovokasi agar pak ustadz memfatwakan sesuai keinginan mereka, maka itu tidak boleh, walau resikonya dihujat, dibully, bahkan lebih dari itu.


Tekanan publik tidak boleh membuat seorang alim merubah suatu hukum, walau nanti akan disebut pengecut, disebut penjilat,  disebut ulama suu`, disebut liberal, bahkan jika dibunuh. Sebagaimana tekanan penguasa, tidak boleh membuat seorang ulama merubah hukum, walau nantinya dipenjara, dikekang, diancam, dikatakan radikal, bahkan dibunuh.


Karena seharusnya merekalah yang mengikuti penjelasan para ulama dan thalibul ilm tentang agama, bukan sebaliknya. Jadi mereka mau mengatakan apapun, itu urusan mereka, urusan para thalibul ilm, ustadz dan ulama hanya menyampaikan risalah, baik sesuai nafsu atau keingingan mereka maupun tidak.


Itu bentuk tanggungjawab ilmiah, tidak perlu terganggu dengan opini yang bukan spesialis dibidang itu, karena mereka tidak sedang beropini pada suatu pendapat berdasarkan agama, tapi menurut pendapat sendiri. Lihatlah dalam kejadian beberapa waktu lalu, berapa banyak dari mereka berpendapat dan beropini, bahkan dengan bawa embel-embel alquran dan hadis?


Tapi dari banyaknya "menurutku", ada berapa dari mereka yang menguasai alat untuk berfatwa dan berijtihad?


Atau minimal ilmu alat yang berfungsi agar seorang bisa memahami suatu kejadian berdasarkan ajaran agama? Berapa orang? Berapa orang bersabar untuk bisa ke tahap itu? Dan apakah orang yang tidak menguasai alat itu bisa beneran menjelaskan ajaran agama pada suatu kejadian? Tidak!


Yang mereka lakukan adalah berpendapat dengan pendapat sendiri dengan mengatas-namakan islam!!  Baik penguasa atau publik itu awam. Awam tidak punya kapasitas dalam berbicara agama kecuali dalam masalah "ma ulima minaddin biddharurah". Diluar itu, mereka berbicara tidak pada kapasitasnya sebagai awam.


Berpendapat memang gampang, semua orang bebas, tapi berpendapat berdasarkan ilmu? Siapa yang mau istiqamah untuk belajar? Jadi jangan terlalu terpengaruh dengan opini atau desakan netizen, disuruh ngomong, disuruh kritik, dll. Mereka setuju atau tidak, orang alim hanya harus menjelaskan sesuatu secara ilmiah saja!! 


Saat ulama diam pada suatu permasalahan mereka kerap memaksa ulama berbicara  dengan alasan jangan diam pada kezaliman. Padahal kalau ternyata pendapat ulama tidak sesuai dengan yang dia inginkan, ngamuk!!ketika mereka meminta tidak diam sebenarnya mereka ingin mengatakan "berbicaralah dengan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kami!!".


Ini persis dokter dipaksa untuk mengatakan bahwa covid tidak ada, berdasarkan pendapat awam, jika tidak mau akan dihujat, kemudian awam yang tidak tahu apa-apa tentang kedokteran itu mulai menjelaskan virus, obat, dll. Seolah mereka sangat pakar dalam kedokteran. Bukankah ini bahaya? Jadi apa yang mau diikuti dari pendapat mereka!!! Wallahualam.


Oleh: Ustad Fauzan Inzaghi

Read More

Sabtu, 30 Januari 2021

Download Kitab Al Buthi, Menampar Propaganda Kembali Kepada Quran

Januari 30, 2021


Download Kitab | Buku Menampar Proaganda Kembali Kepada Quran karya Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthi rahimahullah, seorang ulama dari negeri Syam, Suriah ini adalah terjemahan daripada kitab yang berjudul "Al- LaMazhabiyah Akhtaru Bid'ah Tuhaddidu Asy-syari'ah Islamiyah".


"Kembali kepada Quran" yang sering didengungkan oleh suatu kaum yang mengaku diri paling dekat dengan sunnah ini dianggap sebagai racun dan Propaganda belaka.


Ada agenda terselubung dibalik kampanye dan propaganda ini. Diantaranya adalah menjadikan umat awam semakin liar dalam menentukan dalil-dalil ibadah (wajib,haram,sunnah,makruh) , dimana ia padahal tidak memahami kedudukan sebuah dalil pada Ayat Alquran maupun Hadits Nabi SAW.


Ketidakmampuan itu malah tidak bersedia diakui, sehingga ia menanggap dirinya mampu berijtihad sendiri atas hukum-hukum agama Islam.


Selanjutnya, umat awam akan semakin jauh dengan ulama yang sedianya lebih handal dengan kemampuan menganalisa Ayat maupun Hadits dalam melakukan Istidlal. Sehingga berujung kepada tidak bermazhab yang bermakna tidak memiliki manhaj yang benar (teruji kebenarannya) dalam beragama (memahami dan mengamalkan dalil-dalil agama).


Buku yang berjudul "Menampar Propaganda Kembali Kepada Quran" ini yang dituliskan oleh Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan La Buthi menjelaskan secara terperinci dan terstruktur atas kampanye dan propaganda tersebut. Meskipun bagi umat yang awam, kalimat 'Kembali Kepada Quran' sangatlah mampu menghipnotis pikiran dan jiwa.


Penjelasan lebih lanjut mengenai isi buku ini senantiasa bisa di-download, dibaca dan ditelaah secara detil dan menyeluruh.


Sebagai penutup daripada pengantar singkat dalam postingan ini, saya sampaikan bahwa buku ini telah dijadikan oleh banyak murid serta ulama zaman ini sebagai rujukan berpikir sekaligus filter yang aman sangat baik bagi racun propaganda Kembali Kepada Quran dan Sunnah.


Download

Read More

Minggu, 17 Juni 2018

Negeri Syam dan Jejak Wali Abdal (2) Umat Yatim dan Dunia Baru

Juni 17, 2018
Syeikh Anas Syarfawi

Tarbiyah.Online
Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan bahwa jika Ahli Syam (penduduk negeri Syam) sudah rusak maka tidak ada lagi kebaikan di dunia ini. Tuhan menjaga Ahli Syam dengan menjaga ulamanya, ulama yang menjaga iman umat. Yang membuat spesial Ahli Syam adalah perpaduan antara ilmu zahir dan batin, ilmu kalam yang katanya ilmu debat, kering, jika diajarkan ulama Syam bisa jadi ilmu yang membuatmu menangis. Itu dia spesialnya para abdal.

Ilmu ushul fiqh yang katanya ilmu akal murni, melelahkan, kering dan tanpa sisi ruhaniyah bisa bikin kita taubat jika diajarkan ulama Syam. Dan orang seperti itu selalu ada di Syam dari generasi ke generasi, warisan paling mahal di negeri Syam, dan Sayidina Muhammad SAW sendiri yang menjaminnya

Tentu kami merasakan kiamat kecil saat satu persatu ulama besar meninggalkan kami, terutama dengan wafatnya nama-nama besar seperri Syeikh Sa'id Ramadhan Albuty, Syeikh Wahbah Zuhayly, Syeikh Abdurrazaq Halaby dan seterusnya. Perasaan yang kami rasakan saat itu  seolah "kami menjadi yatim", siapa yang akan menjaga kami? Bagaimana kami menjalankan hidup kami setelah ini?


Baru-baru ini aku ditegur, Sampai kapan kamu merasa yatim? Dunia terus berjalan dan nabi telah menjanjikan akan selalu ada di syam orang yang mewarisi tugas besar sebagai penjaga iman umat manusia. Mereka generasi baru, yang disiapkan oleh pendahulu untuk menjadi penerus tugas mereka.
Syeikh Hasan Khiyami

Akhirnya akupun terbangun dan sadar, mau tidak mau aku harus menerima, jika sekarang zaman sudah berubah, selalu ada orang spesial disetiap zaman. Dan aku bertemu dengan dua orang yang mewarisi tugas pendahulu mereka dan memahami zaman ini. Segalanya baru, dunia baru dan diisi oleh orang-orang baru yang akan menjaganya.

Diantara mereka yamg kukenal dan hadir untuk dunia baru adalah syeikh Hasan Kjiyami dan syeikh Anas Syarfawi. Dua orang dari generasi baru yang sangat kukagumi. Dimata mereka aku melihat kecerdasan dan kelurusan albuty, ketawadhuan dan keluasan ilmu wahbah zuhayly, keikhlasan dan keramahan kuftaro.

Dan aku bersyukur bisa belajar pada dua generasi yang berbeda ini. Mereka adalah manusia syam yamg terpilih untuk memikul beban umat manusia. Insyaallah nanti akan kuceritakan apa yang mereka ceritakan dalam persatuan hari ini, syeikh Hasan Khiyami tentang dunia tanpa jarak antara kita dengan orang yang sudah wafat, Syeikh Anas Syarfawi siapa itu manusia.

Oleh Ustadz Fauzan
Read More