TARBIYAH ONLINE: Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthi

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 September 2022

Tidak Hanya Disetir Penguasa, Ulama Juga Tidak Boleh Ikuti Awam

September 20, 2022

Syeikh Buthy


Tarbiyah Online - Thalibul ilm dan orang alim itu tidak boleh disetir oleh penguasa, disatu waktu dia juga tidak boleh disetir oleh umat dan jamaah. Walau seluruh umat memprotes dan memprovokasi agar pak ustadz memfatwakan sesuai keinginan mereka, maka itu tidak boleh, walau resikonya dihujat, dibully, bahkan lebih dari itu.


Tekanan publik tidak boleh membuat seorang alim merubah suatu hukum, walau nanti akan disebut pengecut, disebut penjilat,  disebut ulama suu`, disebut liberal, bahkan jika dibunuh. Sebagaimana tekanan penguasa, tidak boleh membuat seorang ulama merubah hukum, walau nantinya dipenjara, dikekang, diancam, dikatakan radikal, bahkan dibunuh.


Karena seharusnya merekalah yang mengikuti penjelasan para ulama dan thalibul ilm tentang agama, bukan sebaliknya. Jadi mereka mau mengatakan apapun, itu urusan mereka, urusan para thalibul ilm, ustadz dan ulama hanya menyampaikan risalah, baik sesuai nafsu atau keingingan mereka maupun tidak.


Itu bentuk tanggungjawab ilmiah, tidak perlu terganggu dengan opini yang bukan spesialis dibidang itu, karena mereka tidak sedang beropini pada suatu pendapat berdasarkan agama, tapi menurut pendapat sendiri. Lihatlah dalam kejadian beberapa waktu lalu, berapa banyak dari mereka berpendapat dan beropini, bahkan dengan bawa embel-embel alquran dan hadis?


Tapi dari banyaknya "menurutku", ada berapa dari mereka yang menguasai alat untuk berfatwa dan berijtihad?


Atau minimal ilmu alat yang berfungsi agar seorang bisa memahami suatu kejadian berdasarkan ajaran agama? Berapa orang? Berapa orang bersabar untuk bisa ke tahap itu? Dan apakah orang yang tidak menguasai alat itu bisa beneran menjelaskan ajaran agama pada suatu kejadian? Tidak!


Yang mereka lakukan adalah berpendapat dengan pendapat sendiri dengan mengatas-namakan islam!!  Baik penguasa atau publik itu awam. Awam tidak punya kapasitas dalam berbicara agama kecuali dalam masalah "ma ulima minaddin biddharurah". Diluar itu, mereka berbicara tidak pada kapasitasnya sebagai awam.


Berpendapat memang gampang, semua orang bebas, tapi berpendapat berdasarkan ilmu? Siapa yang mau istiqamah untuk belajar? Jadi jangan terlalu terpengaruh dengan opini atau desakan netizen, disuruh ngomong, disuruh kritik, dll. Mereka setuju atau tidak, orang alim hanya harus menjelaskan sesuatu secara ilmiah saja!! 


Saat ulama diam pada suatu permasalahan mereka kerap memaksa ulama berbicara  dengan alasan jangan diam pada kezaliman. Padahal kalau ternyata pendapat ulama tidak sesuai dengan yang dia inginkan, ngamuk!!ketika mereka meminta tidak diam sebenarnya mereka ingin mengatakan "berbicaralah dengan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kami!!".


Ini persis dokter dipaksa untuk mengatakan bahwa covid tidak ada, berdasarkan pendapat awam, jika tidak mau akan dihujat, kemudian awam yang tidak tahu apa-apa tentang kedokteran itu mulai menjelaskan virus, obat, dll. Seolah mereka sangat pakar dalam kedokteran. Bukankah ini bahaya? Jadi apa yang mau diikuti dari pendapat mereka!!! Wallahualam.


Oleh: Ustad Fauzan Inzaghi

Read More

Sabtu, 30 Januari 2021

Download Kitab Al Buthi, Menampar Propaganda Kembali Kepada Quran

Januari 30, 2021


Download Kitab | Buku Menampar Proaganda Kembali Kepada Quran karya Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthi rahimahullah, seorang ulama dari negeri Syam, Suriah ini adalah terjemahan daripada kitab yang berjudul "Al- LaMazhabiyah Akhtaru Bid'ah Tuhaddidu Asy-syari'ah Islamiyah".


"Kembali kepada Quran" yang sering didengungkan oleh suatu kaum yang mengaku diri paling dekat dengan sunnah ini dianggap sebagai racun dan Propaganda belaka.


Ada agenda terselubung dibalik kampanye dan propaganda ini. Diantaranya adalah menjadikan umat awam semakin liar dalam menentukan dalil-dalil ibadah (wajib,haram,sunnah,makruh) , dimana ia padahal tidak memahami kedudukan sebuah dalil pada Ayat Alquran maupun Hadits Nabi SAW.


Ketidakmampuan itu malah tidak bersedia diakui, sehingga ia menanggap dirinya mampu berijtihad sendiri atas hukum-hukum agama Islam.


Selanjutnya, umat awam akan semakin jauh dengan ulama yang sedianya lebih handal dengan kemampuan menganalisa Ayat maupun Hadits dalam melakukan Istidlal. Sehingga berujung kepada tidak bermazhab yang bermakna tidak memiliki manhaj yang benar (teruji kebenarannya) dalam beragama (memahami dan mengamalkan dalil-dalil agama).


Buku yang berjudul "Menampar Propaganda Kembali Kepada Quran" ini yang dituliskan oleh Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan La Buthi menjelaskan secara terperinci dan terstruktur atas kampanye dan propaganda tersebut. Meskipun bagi umat yang awam, kalimat 'Kembali Kepada Quran' sangatlah mampu menghipnotis pikiran dan jiwa.


Penjelasan lebih lanjut mengenai isi buku ini senantiasa bisa di-download, dibaca dan ditelaah secara detil dan menyeluruh.


Sebagai penutup daripada pengantar singkat dalam postingan ini, saya sampaikan bahwa buku ini telah dijadikan oleh banyak murid serta ulama zaman ini sebagai rujukan berpikir sekaligus filter yang aman sangat baik bagi racun propaganda Kembali Kepada Quran dan Sunnah.


Download

Read More

Rabu, 01 Januari 2020

Kenal Ulama: Biografi Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthi

Januari 01, 2020

Tokoh Ulama | Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi (محمد سعيد رمضان البوطي) nama lengkap beliau adalah Muhammad Said ibnu Mula Ramadhan ibnu Umar al-Buthi. Beliau lahir di Buthan (Turki) pada tahun 1929 M/ 1347 H, dari sebuah keluarga religius.

Ayah beliau adalah Syekh Mula Ramadhan, seorang ulama besar di Turki. Usai peristiwa kudeta Kemal Attatruk, al-Buthi kecil dibawa ikut keluarganya pindah ke Syiria.

Al-Buthi belajar agama pertama kali dari Ayah beliau sendiri, mulanya beliau diajarkan tentang Aqidah, kemudian baru mempelajari sirah nabi, mempelajari ilmu alat, Nahwu dan Sharaf. Beliau sanggup menghafal kitab Alfiyah Ibnu Malik, yaitu salah satu kitab tentang ilmu Nahwu yang berbentuk sya’ir, beliau mampu menghafal 1000 bait sya’ir kitab tersebut, padahal usia beliau masih 4 tahunan. Dan pada usia 6 tahun beliau sudah khatam Al-Quran.

Said Ramadhan al-Buthi juga menempuh pendidikan di Ma’had at-Taujih al-Islamy Damaskus, di bawah bimbingan al-‘allamah Syekh Hasan Habannakeh rahimahullah.

Di usia beliau yang belum melewati 17 tahun, beliau telah mampu naik mimbar menjadi khatib. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Ma’had at-Taujih al-Islamy Damaskus pada tahun 1953 M

Pada tahun tersebut al-Buthi menuju Cairo Mesir dan meneruskan studinya dengan spesialisasi ilmu Syariah hingga memperoleh Ijazah Licence. Pendidikan Diploma-nya (setingkat S2) ia ikuti di Fakultas Bahasa Arab.

Pada tahun 1965, Sa’id Ramadhan menyelesaikan program Doktornya di Universitas Al-Azhar dengan predikat Mumtaz Syaf ‘Ula. Disertasi yang ia tulis dan berjudul “Dlawabit al-Mashlahah fi asy-Syari’at al-Islamiyyah” mendapatkan rekomendasi Jami’ah al-Azhar sebagai “Karya Tulis yang Layak Dipublikasikan”.

Dr. Al-Buthi adalah figur ulama yang mengabdikan hidupnya sebagai seorang pembimbing dan dai, sembari terus menampilkan sikap zuhud di dunia yang fana. Orang yang berprinsip tegas jika memang benar itu adalah benar, tanpa peduli tindakannya nanti akan dicerca orang ataupun sebaliknya.

Beliau juga merupakan seorang pemikir Islam moderat sekaligus penulis yang sangat produktif. Karyanya mencapai bilangan tujuh puluh lima buku. Karya-karyanya juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti:

Al-Hub fil Qur’an (Al-Qur’an Kitab Cinta).
La ya’thil Bathil (Takkan Datang Kebathilan terhadap Al-Qur’an).
Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah (Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasul Saw) dan masih banyak yang lainnya.
Dalam konteks kepesantrenan, terutama pesantren salaf, bukunya yang berjudul Dhowabitul Maslahah merupakan referensi primer dalam kajian Bahtsul Masail (BM).

Pandangan Ilmiah Syaikh Said Ramadhan al-Buthi

Beliau adalah seorang ulama Ahlussunnah Waljama’ah, bermadzhab Syafi’i dalam bidang Fiqh dan dalam bidang Tauhid bermanhaj Asy’ari.

Beliau juga sangat gigih meluruskan berbagai macam kesesatan dan ajaran sesat, terlihat dari kitab-kitab beliau dalam meluruskan kesesatan Salafi Wahabi seperti kitab As-Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarokah la Mazhab Islamiyun dan al-La Mazhabiyyah: Akhtoru Bid’atin Tuhaddidus Syariah Islamiyyah.

Tokoh yang paling berpengaruh di Timur Tengah ini juga termasuk barisan ulama yang getol membendung radikalisme Islam. Paham radikal adalah suatu paham yang anti dengan tradisi bermadzhab, anti ijtihad, intoleran, cenderung eksklusif dan menganggap kebenaran hanya ada pada kelompok mereka.

Pandangan politik beliau berseberangan dengan pandangan politik Ikhwanul Muslimin, oleh sebab itu beliau menuliskan satu kitab tentang esensi Jihad dalam Islam yang berjudul “Al Jihadu fi Islam”, untuk membendung generasi muda muslim agar tidak terjatuh dalam politik teroris berkedok Jihad dan Islam. Beliau lebih mengutamakan perdamaian dan perundingan dari pada pemberontakan dan oposisi.

Wafat al-Buthi

Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi asy-Syafi’i al-Asy’ari, syahid terbunuh dalam sebuah aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh para kaum ekstrimis radikalis yang tidak tidak sepemikiran dengan Said Ramadhan Al-Buthi.

Bom bunuh diri itu terjadi di Masjid al-Iman Damaskus Syiria, pada tanggal 21 Maret 2013 M atau bertepatan pada tanggal 9 Jumadil Awal 1434 H, disaat beliau sedang melakukan kajian rutin malam Jum’at di Mesjid tersebut.

Beliau tutup usia pada umur 84 tahun, dan disholatkan pada tanggal 23 Maret 2013 di Mesjid Umayyah oleh ribuan jama’ah dari Iran, Libanon dan Urdun. Beliau dimakamkan didekat Mesjid tersebut, disamping makam Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Wafat beliau adalah duka bagi seluruh muslim Ahlussunnah di seluruh dunia.

Oleh Arif Rahman Hakim, Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa - Jepang Tahun 2017

Artikel ini telah tayang di Pecihitam.org
Read More