TARBIYAH ONLINE: Kisah Nyata

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label Kisah Nyata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Nyata. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Desember 2017

Kisah Nyata: Buah Sabar dan Amanah, Allah Gantikan Yang Haram Menjadi Halal

Desember 19, 2017
Kisah ini tertulis dibuku “Zikrayat Ali Tantowy”, karya Sheikh Aly Tantowy. Buku 8 jilid, berisi catatan harian, kisah-kisah hidup sheikh Aly Tantowy semasa kuliah dan menjadi Hakim, dan cerita tentang Damaskus. Kisah ini tidak asing bagi penduduk Damaskus dan terus diceritakan dari ayah ke anak.


Di Damaskus ada sebuah masjid besar, namanya Jamik Taubah. Wilayah ini awalnya adalah tempat  maksiat, kemudian dibeli oleh Sultan Musa Adil Al Ayyuby pada abad ke 7 Hijriah, dan dijadikan masjid, makanya disebut Jamik Taubah, atau Masjid Taubah.
Kisah ini terjadi sekitar 120 tahun yang lalu. Pada saat itu Imam Masjid Taubah adalah Syeikh Salem Mesuty, seorang Sufi dan Faqih Hanafi, aslinya berasal dari Albania, beliau sangat dihormati. Hampir semua masyarakat pernah “curhat” ke beliau apabila ada masalah. Beliau memiliki banyak murid, salah satunya seorang pemuda miskin, yang dikenal cerdas dan shaleh. Pemuda itu tinggal di salah satu raungan kosong di masjid, karena tidak memiliki rumah.
Suatu hari, pemuda itu tidak lagi mempunyai uang untuk membeli makanan, tetapi karena izzatunnafsi (kehormatan diri) yang dimiliknya, dia tidak mau meminta-minta, dia memilih menahan lapar sampai Allah memberinya rezeki dengan cara-Nya. Setelah menahan lapar selama 3 hari, tiba masanya dia hampir menyerah, sudah benar-benar lemah tidak mampu lagi bertahan. Mungkin (menurutnya) sudah sampai pada level boleh makan bangkai atau mencuri secukupnya untuk makan. Akhirnya dia memutuskan untuk mencuri.

Saat itu, rumah di Damaskus masih berdempetan, rumah lama, jadi mudah saja kalau naik ke atap untuk kemudian melompati dan berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Akhirnya pemuda itu naik ke atap masjid dan menuju keatas rumah penduduk. Ketika melewati sebuah rumah, dia melihat seorang wanita cantik, diapun menundukkan pandangannya. Diapun berpindah ke rumah lain, tiba-tiba dia melihat rumah kosong, “inilah calon korban”, pikirnya. Dan ternyata dari rumah itu tercium bau makanan yang cukup menggoda, akhirnya dia memutuskan untuk turun. Sekejap saja dia sudah di teras rumah.
Dia menuju dapur dimana sumber aroma muncul. Dengan cekatan dia masuk ke dapur dan membuka periuk, ternyata ada “makdusy” (jenis masakan Suriah), langsung saja dia mengambil satu makdusy, tanpa peduli masih panas untuk dimakannya. Ketika hendak digigit, dia sadar, “Astaghfirullah, aku pelajar Agama! Bagaimana aku bisa masuk rumah orang dan mencuri!”. Diapun meletakkan kembali makdusy dalam periuk dan pergi.
Dia sangat menyesal atas apa yang telah dilakukannya, sepanjang jalan atap rumah dia terus beristighfar sampai masjid. Di masjid dia langsung bergabung ke majlis pengajian Syeikh Mesuty (seorang ulama besar saat itu). Dengan kondisi yang saking laparnya, dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh sheikh.
Setelah pengajian selesai, jamaahpun bubar. Tiba-tiba seorang wanita bercadar mendekati Syeikh Mesuty dan berbicara, entah apa yang dibicarakan tidak ada yang tahu, hanya dia dan Syeikh saja yang tahu. Namun terlihat olehnya Syeikh Mesuty menganguk-angguk. Syeikh pun berpaling seakan sedang mencari seseorang, dan tidak ada seorangpun di masjid itu kecuali pemuda tadi, muridnya.
“Kamu sudah nikah, belum?” tanya Syeikh,
“Belum, Sidi”. Jawabnya.
“Apa kamu mau nikah?”
“Bagaimana saya bisa menikah wahai Syeikh, untuk makan sehari-hari saja saya tidak punya uang”.
“Wanita itu (sambil mengisyaratkan pandangan ke wanita tadi) mengatakan bahwa suaminya sudah meninggal, dia bukan orang Damaskus. Dia tidak punya siapa-siapa kecuali pamannya yang sudah tua. Ketika suaminya meninggal, dia meninggalkan rumah dan harta. Jadi, dia ingin menikah supaya tidak sendiri lagi. Bagaimana? Kamu mau?”, kata Syeikh.
“Mau, Sidi”. Jawabnya singkat.

Syeikh Memanggil wanita itu, “Kamu mau menikah dengan dia, dan kondisinya seperti itu?”, wanita itupun setuju. Lalu Syeikh pun memanggil paman wanita itu sebagai wali dan beberapa orang saksi. Akhirnya pernikahanpun dilangsungkan, dan Syeikh lah yang menanggung mahar muridnya itu.
“Sekarang kalian sudah menjadi suami istri, silahkan bawa suamimu”, kata Syeikh Mesuty.
Mereka pun berjalan ke rumah, sampai di rumah wanita itu membuka cadarnya, ternyata wanita itu masih muda dan cantik sekali. “Habibi, mau makan?”, dia menawarkan makan ke suaminya. Si pemuda itu malah takut, karena rumah itu adalah rumah yang tadi dimasukinya.
Istrinya masuk ke dapur mengambil makanan, “Masya Allah, siapa yang masuk rumah ini dan menggigit makdusy!”.

Suaminya menangis dan menceritakan kisahnya yang menyelinap masuk untuk mencuri makanan demi mengisi kekosongan perutnya.
Istrinya berkata, “Ini adalah buah dari sabar dan amanah, ketika kamu tidak memakan makdusy secara haram, Allah menggantikan yang lebih baik, makdusy, rumah dan pemiliknya secara halal”.

Sheikh Tantowy mengatakan, “Kisah ini nyata, dan aku mengenal para tokohnya. Ketika meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantikan dengan lain yang lebih baik”.
Allahummak fina bihalalika ‘an haramika wa aghnina bifadhlika ‘anman siwaka.

Read More