Kisah ini tertulis dibuku “Zikrayat Ali Tantowy”, karya Sheikh Aly Tantowy. Buku 8 jilid, berisi
catatan harian, kisah-kisah hidup sheikh Aly Tantowy semasa kuliah dan menjadi
Hakim, dan cerita tentang Damaskus. Kisah ini tidak asing bagi penduduk
Damaskus dan terus diceritakan dari ayah ke anak.
Di Damaskus ada sebuah
masjid besar, namanya Jamik Taubah. Wilayah ini awalnya adalah tempat maksiat, kemudian
dibeli oleh Sultan Musa Adil Al Ayyuby pada abad ke 7 Hijriah, dan dijadikan
masjid, makanya disebut Jamik Taubah, atau Masjid Taubah.
Kisah ini terjadi
sekitar 120 tahun yang lalu. Pada saat itu Imam Masjid Taubah adalah Syeikh
Salem Mesuty, seorang Sufi dan Faqih Hanafi, aslinya berasal dari Albania,
beliau sangat dihormati. Hampir semua masyarakat pernah “curhat” ke beliau
apabila ada masalah. Beliau memiliki banyak murid, salah satunya seorang pemuda
miskin, yang dikenal cerdas dan shaleh. Pemuda itu tinggal di salah satu
raungan kosong di masjid, karena tidak memiliki rumah.
Suatu hari, pemuda itu
tidak lagi mempunyai uang untuk membeli makanan, tetapi karena izzatunnafsi (kehormatan
diri) yang dimiliknya, dia tidak mau meminta-minta, dia memilih menahan lapar
sampai Allah memberinya rezeki dengan cara-Nya. Setelah menahan lapar selama 3 hari, tiba
masanya dia hampir menyerah, sudah benar-benar lemah tidak mampu lagi bertahan.
Mungkin (menurutnya) sudah sampai pada level boleh makan bangkai atau mencuri
secukupnya untuk makan. Akhirnya dia memutuskan untuk mencuri.
Saat itu, rumah di
Damaskus masih berdempetan, rumah lama, jadi mudah saja kalau naik ke atap
untuk kemudian melompati dan berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain.
Akhirnya pemuda itu naik ke atap masjid dan menuju keatas rumah penduduk.
Ketika melewati sebuah rumah, dia melihat seorang wanita cantik, diapun menundukkan
pandangannya. Diapun berpindah ke rumah lain, tiba-tiba dia melihat rumah
kosong, “inilah calon korban”, pikirnya. Dan ternyata dari rumah itu tercium
bau makanan yang cukup menggoda, akhirnya dia memutuskan untuk turun. Sekejap
saja dia sudah di teras rumah.
Dia menuju dapur dimana
sumber aroma muncul. Dengan cekatan dia masuk ke dapur dan membuka periuk,
ternyata ada “makdusy” (jenis masakan Suriah), langsung saja dia mengambil satu
makdusy, tanpa peduli masih panas untuk dimakannya. Ketika hendak digigit, dia
sadar, “Astaghfirullah, aku pelajar Agama! Bagaimana aku bisa masuk rumah orang
dan mencuri!”. Diapun meletakkan kembali makdusy dalam periuk dan pergi.
Dia sangat menyesal
atas apa yang telah dilakukannya, sepanjang jalan atap rumah dia terus
beristighfar sampai masjid. Di masjid dia langsung bergabung ke majlis
pengajian Syeikh Mesuty (seorang ulama besar saat itu). Dengan kondisi yang saking
laparnya, dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh sheikh.
Setelah pengajian
selesai, jamaahpun bubar. Tiba-tiba seorang wanita bercadar mendekati Syeikh
Mesuty dan berbicara, entah apa yang dibicarakan tidak ada yang tahu, hanya dia
dan Syeikh saja yang tahu. Namun terlihat olehnya Syeikh Mesuty
menganguk-angguk. Syeikh pun berpaling seakan sedang mencari seseorang, dan
tidak ada seorangpun di masjid itu kecuali pemuda tadi, muridnya.
“Kamu sudah nikah,
belum?” tanya Syeikh,
“Belum, Sidi”.
Jawabnya.
“Apa kamu mau nikah?”
“Bagaimana saya bisa
menikah wahai Syeikh, untuk makan sehari-hari saja saya tidak punya uang”.
“Wanita itu (sambil
mengisyaratkan pandangan ke wanita tadi) mengatakan bahwa suaminya sudah meninggal,
dia bukan orang Damaskus. Dia tidak punya siapa-siapa kecuali pamannya yang
sudah tua. Ketika suaminya meninggal, dia meninggalkan rumah dan harta. Jadi,
dia ingin menikah supaya tidak sendiri lagi. Bagaimana? Kamu mau?”, kata Syeikh.
“Mau, Sidi”. Jawabnya
singkat.
Syeikh Memanggil wanita
itu, “Kamu mau menikah dengan dia, dan kondisinya seperti itu?”, wanita itupun
setuju. Lalu Syeikh pun memanggil paman wanita itu sebagai wali dan beberapa
orang saksi. Akhirnya pernikahanpun dilangsungkan, dan Syeikh lah yang menanggung
mahar muridnya itu.
“Sekarang kalian sudah
menjadi suami istri, silahkan bawa suamimu”, kata Syeikh Mesuty.
Mereka pun berjalan ke
rumah, sampai di rumah wanita itu membuka cadarnya, ternyata wanita itu masih
muda dan cantik sekali. “Habibi, mau makan?”, dia menawarkan makan ke suaminya.
Si pemuda itu malah takut, karena rumah itu adalah rumah yang tadi dimasukinya.
Istrinya masuk ke dapur
mengambil makanan, “Masya Allah, siapa yang masuk rumah ini dan menggigit
makdusy!”.
Suaminya menangis dan
menceritakan kisahnya yang menyelinap masuk untuk mencuri makanan demi mengisi
kekosongan perutnya.
Istrinya berkata, “Ini
adalah buah dari sabar dan amanah, ketika kamu tidak memakan makdusy secara
haram, Allah menggantikan yang lebih baik, makdusy, rumah dan pemiliknya secara
halal”.
Sheikh Tantowy
mengatakan, “Kisah ini nyata, dan aku mengenal para tokohnya. Ketika
meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantikan dengan lain yang
lebih baik”.
Allahummak fina bihalalika
‘an haramika wa aghnina bifadhlika ‘anman siwaka.