TARBIYAH ONLINE

Fiqh

Minggu, 02 Januari 2022

Penting! Jamak, Qashar dan Jamak-Qashar yang Sering Salah Dipahami

Januari 02, 2022



Tarbiyah Online - Akhir tahun tiba. Itu berarti handai tolan, mau atau tidak, akan menghadapi perdebatan panas yang sudah jadi agenda wajib tahunan tentang mengucapkan selamat natal dan merayakan tahun baru. Sebagai awam, kita bisa jadi sudah mulai bosan, tapi bagi para ahli ilmu hal ini sudah menjadi kewajiban mereka untuk menjelaskan. Terlepas dari perbedaan pandangan yang makin ke sini makin canggih, handai tolan yang ingin berlibur akhir tahun ke luar daerah mestinya tahu cara memanfaatkan kesempatan mengurangi jumlah rakaat salat. Ya, rukhsah jamak dan qasar memang sangat membantu kita menghemat waktu dalam perjalanan jauh. Namun ada ketentuan yang harus diikuti dan paling utama adalah tau cara jamak dan qasar, karena di antara syaratnya adalah mengetahui cara pelaksanaannya.


Dimaklumi bahwa di antara banyak rukhshah alias keringanan dalam perjalanan jauh adalah jamak dan qasar. Jamak adalah menghimpun salat zuhur dengan asar dan magrib dengan isya, baik taqdim yaitu mendahulukan atau ta’khir alias menunda. Qashar adalah memendekkan salat yang memiliki empat rakaat menjadi dua rakaat saja. Dapat dipahami bahwa magrib tidak boleh dijamak dengan asar dan tidak bisa dipendekkan, dan begitu juga subuh tidak boleh dijamak dengan isya maupun lohor dan tentu saja tidak bisa lagi dipendekkan. Biasanya dalam kitab fikih syafi’iyah pembahasan qashar lebih dulu dibahas karena hukumnya yang disepakati, beda dengan jamak. Meski kedua rukhsah ini memiliki banyak kesamaan syarat, namun keduanya tidak saling terikat. Anda bisa menjamak saja tanpa mengurangi raka’at, bisa juga melakukan qasar saja tanpa menjamak atau dengan kata lain melakukan kedua salat pada waktunya masing-masing dengan hanya mengambil keringan dua rakaat. Seringnya dua rukhsah tersebut dilakukan bersamaan, yakni melakukan dua salat di waktu bersamaan sekaligus memendekkan yang empat rakaat menjadi dua, makanya disebut jamak-qashar.


Hukum kedua rukhsah ini pada dasarnya adalah boleh, tetapi dalam kondisi tertentu bisa menjadi wajib. Kasus wajib jamak seperti yang tersisa dari waktu salat pertama, anggaplah zuhur, tidak cukup melakukan salat secara sempurna, maka bagi musafir wajib berniat untuk memundurkan salat tersebut ke waktu salat selanjutnya, yaitu asar, dalam kasus salat zuhur. Wajib qashar bisa terjadi pada kondisi yang tersisa dari waktu asar atau isya hanya sekadar salat yang dipendekkan, maka wajib meng-qashar bagi musafir yang mencukupi syarat qashar. Jamak dan qasar tentunya memiliki sedikit perbedaan, di antaranya bahwa jamak tidak hanya boleh dikerjakan dalam perjalanan, namun boleh dikerjakan saat di kampung halaman dalam kondisi hujan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Adapun syarat-syarat agar bisa menikmati keringanan ini ada banyak, bisa sampai sebelas syarat bila diuraikan secara detail. Secara garis besar, selain yang disebut di muka, syaratnya adalah melakukan perjalanan jauh yang kira-kira mencapai jarak yang ditentukan, dan perjalanan itu dibolehkan alias bukan perjalanan maksiat. Jarak yang dimaksud memang terjadi khilaf, ada yang bilang 138 KM, ada yang berpendapat 89 KM, dan ada juga pendapat lainnya. Nah, dari syarat yang umum ini dapat dipahami bahwa keringanan tersebut hanya boleh dilakukan saat sedang dan masih dalam perjalanan atau hanya bisa dikerjakan saat sedang menjadi musafir. Tidak boleh sebelum perjalanan atau sesudahnya atau saat sedang tidak menjadi musafir. 

Ada dua kekeliruan pemahaman dan praktek yang banyak dijumpai di kalangan masyarakat, pertama tidak begitu serius, kedua sangat fatal.

Pertama adalah pemahaman bahwa qasar atau jamak baru boleh dilakukan saat sudah mencapai jarak yang disyaratkan, 138 KM, misalnya. Padahal tidak demikian. Tidak perlu mencapai jarak tersebut untuk boleh menikmati keringanan safar ini. Yang penting, saat memulai perjalanan, seseorang sudah mengetahui dan merencanakan perjalanan yang mencukupi jarak yang disyaratkan. Maka, dengan semata melewati batasan daerahnya atau meninggalkan bangunan-bangunan bila daerahnya tidak memiliki batasan, musafir sudah boleh mengerjakan salat dengan diqasar. 


Memang satu kasus yang membuat seorang musafir baru boleh mengerjakan salat qasar atau jamak saat perjalanannya sudah mencapai jarak yang ditentukan. Kondisi itu adalah ketika seseorang yang tidak independen, bergantung pada orang lain, seperti seorang istri yang melakukan perjalanan ikut suami dalam keadaan tidak mengetahui tujuan suaminya. Pada kondisi ini, istri tidak boleh mengambil rukhsah meski sudah melewati batasan yang disyaratkan sebab ia tidak bisa meniatkan perjalanan jauh karena tidak tahu akan kemana. Akan tetapi, begitu sudah tahu bahwa tujuan suami adalah perjalanan jauh atau memang sudah melewati jarak boleh qasar, maka ia bisa langsung meng-qasar salatnya.


Kedua, ini yang fatal dan membatalkan salat, yaitu menjamak atau menqasar salat sebelum melakukan perjalanan atau saat perjalanannya dianggap berakhir dalam pandangan syarak. Praktik keliru ini acap ditemukan di kalangan awam yang salah memahami syarat rukhsah jamak dan qasar. Alih-alih mengambil rukhsah saat sudah melakukan perjalanan, banyak yang memahami bahwa rukhsah tersebut sudah boleh dinikmati saat akan berangkat atau sedang menunggu keberangkatan. Padahal sebelum melewati batas daerah yang ditinggali, seseorang belum dianggap musafir yang karenanya tidak berhak mengambil keringanan.


Jadi, bila saat menunggu jemputan, misalnya, waktu zuhur masuk dan Anda melaksanakan salat zuhur dihimpun dengan asar, maka asar tersebut harus diulang lagi nanti saat sudah masuk waktunya. Sebab yang telah dilaksanakan tidak sah karena masih belum masuk waktu dan belum boleh menjamak. Juga, bila zuhur dan asar tersebut dilakukan secara qasar, maka dua-duanya tidak sah. Di sisi lain, ada juga awam yang masih menjamak dan qasar salat padahal ia bukan lagi musafir karena sudah menetap di tempat tujuan yang bukan kampung halaman selama empat hari, misalnya.


Masih ada banyak hal keliru dalam praktek jamak atau qasar dalam kalangan awam. Seperti dalam proses jamak taqdim, ramai dijumpai orang melaksanakan salat kedua setelah berselang cukup lama, entah itu karena berzikir atau berdoa. Padahal di antara syarat jamak taqdim adalah beriringan, yakni di antara dua salat tersebut tidak boleh diselang lama. Kadar iqamah salat lah. Handai tolan, silakan dipelajari dulu tata cara rukhsah safar ini sebelum mengerjakannya. Jangan sampai inginnya mendapat keringanan, tapi karena ketidaktahuan malah jadi beban di akhirat. 

Salam.


Oleh: @Syakir  Anwar

Telah tayang di fanpage Serambi Salaf

Read More

Rabu, 28 April 2021

Download Buku Sirah 65 Sahabat Rasulullah SAW [Abdurrahman Raf'at Al Basya]

April 28, 2021

 


Download Kitab | ''Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Alquran mencatat keutamaan para Sahabat Nabi Muhammad SAW. Khususnya terkait perjuangan mereka untuk agama yang dibawa Rasulullah SAW.

Alquran mengisahkan perjuangan para Sahabat Nabi SAW, yang dimulai dengan meninggalkan orang tua dan mau tak mau harus bermusuhan dengan kerabat mereka. 

Sebagian sahabat meninggalkan anak-anak mereka, kampung halaman, harta mereka dan banyak hal lain yang harus dilepaskan. Demi mencari keridhaan Allah SWT.

Meski begitu, para sahabat Nabi SAW tetap bersabar dalam menghadapi kesulitan ataupun kepahitan hidup. Apa yang mereka alami pun dicatat dalam Alquran. Kemuliaan Sahabat Nabi SAW tercantum dalam surat Al-Anfal ayat 64. Allah SWT berfirman: 

"Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu." 

Ayat tersebut menunjukkan derajat kemuliaan yang disandang  para sahabat Nabi Muhammad SAW karena mereka memberikan dukungan dan pertolongan yang penuh kepada Nabi Muhammad SAW.

Kemuliaan para sahabat kembali disampaikan Allah SWT dalam surat Al-Anfal Ayat 62. Allah SWT berfirman: 

"Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin."

Orang-orang mukmin yang dimaksud dalam ayat tersebut ialah para Sahabat Nabi SAW. Hal inilah yang menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan kemuliaan bagi para Sahabat Nabi Muhammad SAW. 

Dalam ayat berikutnya, Allah SWT kembali menunjukkan betapa tingginya derajat para Sahabat. Sekalipun banyak orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tetap saja tidak akan mampu menyatukan hati para sahabat. Karena yang menyatukan hati mereka adalah Allah SWT. Allah SWT berfirman: 

"Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS Al-Anfal: 63) 

[islamweb]

Download

Read More

Download Buku 150 Kisah Khulafaur Rasyidin [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

April 28, 2021

 


Download Kitab |  Diantara ribuan sahabat Rasulullah ra. yang menjadi panutan bagi umat Islam. Ada 4 nama yang utama sering disebut dan dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin. 4 orang yang menjadi Khalifah pengganti Rasulullah pasca wafat.

Rasulullah Saw pernah bersabda sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah yang bermakna, "Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Al-Khulafa Al Rasyidin setelah ku."


150 Kisah Abu Bakar Ash-shiddiq [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

Download

150 Kisah Umar bin Khattab [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

Download

150 Kisah 'Utsman bin Affan [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

Download

150 Kisah Ali bin Abi Thalib [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

Download

Read More

Download Buku 150 Kisah Ali bin Abi Thalib [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

April 28, 2021


Download Kitab | Dia adalah khalifah pertama dari kalangan Bani Hasyim. Ayahnya adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf, dan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.

Ali dilahirkan di dalam Ka'bah dan mempunyai nama kecil Haidarah. Untuk meringankan beban Abu Thalib yang mempunyai anak banyak, Rasulullah SAW merawat Ali. Selanjutnya Ali tinggal bersama Rasulullah di rumahnya dan mendapatkan pengajaran langsung dari beliau. Ia baru menginjak usia sepuluh tahun ketika Rasulullah menerima wahyu yang pertama.

Sejak kecil Ali telah menunjukkan pemikirannya yang kritis dan brilian. Kesederhanaan, kerendah-hatian, ketenangan dan kecerdasannya yang bersumber dari Al-Qur'an dan wawasan yang luas, membuatnya menempati posisi istimewa di antara para sahabat Rasulullah SAW lainnya. Kedekatan Ali dengan keluarga Rasulullah SAW kian erat, ketika ia menikahi Fathimah, anak perempuan Rasulullah yang paling bungsu.

Dari segi agama, Ali bin Abi Thalib adalah seorang ahli agama yang faqih di samping ahli sastra yang terkenal, antara lain lewat bukunya "Nahjul Balaghah".

Syahidnya Utsman bin Affan membuat kursi kekhalifahan kosong selama dua atau tiga hari. Banyak orang, khususnya para pemberontak, mendesak Ali untuk menggantikan posisi Utsman. Para sahabat Rasulullah SAW juga memintanya, akhirnya dengan sangat terpaksa Ali menerima jabatan sebagai khalifah keempat.

Mungkin karena suasana peralihan kekhalifahan kini penuh dengan kekacauan, para pemberontak yang menyebabkan syahidnya usman masih bercokol dan membuat onar. Sementara ada banyak orang yang menuntut ditegakkannya hukum bagi pembunuh Utsman. Situasi saat itu membuat Ali sulit untuk memulai penataan pemerintahan baru yang bermasa depan cerah. Usahanya membuat penyegaran dalam pemerintahan dengan memberhentikan seluruh gubernur yang pernah diangkat Utsman, malah memicu konflik dengan Muawiyah.

Di sisi lain, muncul konflik antara Ali dan beberapa orang sahabat yang dikomandani oleh Aisyah, Ummul Mukminin. Puncak konflik ini menyebabkan meletusnya Perang Jamal (Perang Unta). Dinamakan demikian karena Aisyah mengendarai unta. Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam yang berada di pihak Aisyah gugur, sedangkan Aisyah tertawan.

Pertentangan politik antara Ali dan Muawiyah mengakibatkan pecahnya Perang Shiffin pada 37 H. Pasukan Ali yang berjumlah sekitar 95.000 orang melawan 85.000 orang pasukan Muawiyah. Ketika peperangan hampir berakhir, pasukan Ali berhasil mendesak pasukan Muawiyah. Namun sebelum peperangan dimenangkan, muncul Amr bin Ash mengangkat mushaf Al-Qur'an menyatakan damai.

Terpaksa Ali memerintahkan pasukannya untuk menghentikan peperangan, dan terjadilah gencatan senjata. Akibat kebijakan Ali itu, pasukannya pecah menjadi tiga bagian. Kelompok Syiah dengan segala resiko dan pemahaman mereka tetap mendukungnya. Kelompok Murjiah yang menyatakan mengundurkan diri. Dan kelompok Khawarij yang memisahkan diri serta menyatakan tidak senang dengan tindakan Ali.

Kelompok ketiga inilah yang akhirnya memberontak, dan menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap Ali sebagai khalifah, Muawiyah sebagai penguasa Suriah dan Amr bin Ash sebagai penguasa Mesir. Mereka berencana membunuh ketiga pemimpin itu.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, mereka menyuruh Abdurrahman bin Muljam untuk membunuh Ali bin Abi Thalib di Kufah; Amr bin Bakar bertugas membunuh Amr bin Ash di Mesir; dan Hujaj bin Abdullah ditugaskan membunuh Muawiyah di Damaskus.

Hujaj tidak berhasil membunuh Muawiyah lantara dijaga ketat oleh pengawal. Sedangkan Amr bin Bakar tanpa sengaja membunuh Kharijah bin Habitat yang dikiranya Amr bin Ash. Saat itu Amr bin Ash sedang sakit sehingga yang menggantikannya sebagai imam shalat adalah Kharijah. Akibat perbuatannya, Kharijah pun dibunuh pula.

Sedangkan Abdurrahman bin Muljam berhasil membunuh Ali yang saat itu tengah menuju masjid. Khalifah Ali wafat pada tanggal 19 Ramadhan 40 H dalam usia 63 tahun. Syahidnya Ali bin Abi Thalib menandai berakhirnya era Khulafaur Rasyidin.

[Republika]

 Download

Read More

Download Buku 150 Kisah 'Utsman bin Affan [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

April 28, 2021

 

Download Kitab | Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Quarisi akrab di sapa Abu Abdullah, beliau berasal dari Bani Umayyah. Utsman dikenal sebagai seorang pedagang kain yang kaya raya dan dermawan. Dia terkenal dengan ahli ekonomi dengan jumlah ternak yang dimilikinya melebihi peternak-peternak yang lain.

Utsman disebutkan termasuk ke dalam golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu masuk Islam dan beriman.

Utsman selalu menggunakan kekayaannya di jalan Allah SWT untuk mendapatkan ridha Allah. Dikutip dari buku Pemuda Yang Dicintai Langit karya Dwi Rahayu, Utsman membeli sebuah sumur yang sangat jernih airnya, kemudian sumur itu dia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Dia juga memperluas Masjid Madinah dan menyumbangkan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda serta 1000 dihram untuk perang Tarbuk.

Lalu Utsman memberikan gandum yang diangkut oleh 1000 unta untuk membantu orang miskin di kala musim kering. Di hari Jumat, dia akan memerdekakan seorang budak.

Utsman melakukan perjalanan hijrah menuju Habsyah (Abyssinia, Ethiopia) ketika kaum kafir Quraisy melakukan penyiksaan terhadap kaum muslim. Utsman hijrah bersama teman-temannya seperti Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf, dan lain-lain. Dia datang sesuai perintah Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.

Tanpa berpikir panjang, Utsman meninggalkan harta kekayaannya begitu saja. Semua usaha dagangannya serta rumahnya dia tinggalkan begitu saja untuk memenuhi panggilan Allah SWT.

Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab wafat. Saat itu usia beliau sekitar 70 tahun. Pada masa kepemimpinannya, disebut-sebut masa yang paling makmur dan sejahtera.

Hingga konon, rakyat menunaikan ibadah haji berkali-kali. Karena semakin ramainya umat muslim yang pergi haji, Utsman kemudian memperluas Masjid Al-Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah).

Dia yang mencetuskan adanya polisi keamanan untuk rakyat dan membuat tempat khusus untuk mengadili suatu perkara, karena biasanya suatu perkara akan diadili di masjid. Pada masa kepemimpinannya, dia berhasil menguasai Syria dan wilayah Afrika Utara, Mu'awiyah bin Abu Sofyan dan Amr bin Ash diangkat menjadi gubernur untuk kedua wilayah tersebut. Selain itu wilayah-wilayah lain yang berhasil dia kuasai adalah Arjna, Persia, Khurasan dan Nashabur (Iran).

Utsman membukukan lembaran-lembaran Alquran (mushaf) yang hingga sekarang dibaca oleh umat muslim seluruh dunia. Dia menjadi seorang khalifah selama 12 tahun, dan wafat saat sedang membaca Alquran di bulan haji tahun 35 Hijiriah. Saat itu usia Utsman sekitar 82 tahun. Beliau dimakamkan di wilayah Madinah.

[Merdeka]

Download

Read More

Download Buku 150 Kisah Umar bin Khattab [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

April 28, 2021


Download Kitab | "Aku abdi kalian, kalian harus mengawasi dan menanyakan segala tindakanku. Salah satu hal yang harus diingat, uang rakyat tidak boleh dihambur-hamburkan. Aku harus bekerja di atas prinsip kesejahteraan dan kemakmuran rakyat."

Kutipan pidato Umar bin Khattab tak lama setelah dibaiat menjadi khalifah (pemimpin umat Islam) menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq yang meninggal karena sakit itu, mengajarkan betapa prinsip dan nilai kemanusiaan dan keadilan harus menjadi pegangan utama seorang pemimpin. Bagi Umar, hanya dengan sikap pemimpin yang demikianlah rakyat yang mengamanatinya akan merasakan kedamaian, kesejahteraan, dan solidaritas tak berbatas.

Sepanjang sejarah Islam, Khalifah Umar merupakan sahabat Rasulullah yang paling banyak dibicarakan karena gagasan dan perannya berkaitan dengan Islam. Bertubuh tegap, hitam, dan tinggi, Umar yang dilahirkan pada 581 M ini dikenal sangat keras dan tegas dalam pendirian. Saking kerasnya itu, ia disegani dan ditakuti di kalangan masyarakatnya, suku Adi. Suku Adi termasuk dalam rumpun suku Quraisy.

Kedua orang tua Umar, Khattab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim, berasal dari suku Adi. Umar remaja dikenal sebagai pegulat dan sering mempertontonkan kebolehannya dalam pesta tahunan pasar Ukaz, Mekkah. Dia telah memiliki banyak kelebihan dan kejeniusan, antara lain dapat memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi, serta memiliki sikap santun dan jiwa kepemimpinan.

Berkat kelebihannya itu pula, tak jarang ia dipercaya mewakili sukunya dalam berbagai acara maupun perundingan dengan suku lain. Peran itu membuat dirinya terkenal di kalangan orang-orang Arab jahili. Rasulullah SAW sendiri mengakui dan memuji kelebihan Umar tersebut. 

Nabi SAW bahkan secara khusus mendoakan Umar, "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab." Allah mengabulkan doa Nabi SAW dengan masuknya Umar ke dalam Islam pada 616 M.

Sebelum masuk Islam, Umar dikenal sangat keras menentang seruan Muhammad SAW. Bahkan, ia pernah mengadakan percobaan pembunuhan terhadap diri Nabi SAW. 

Ketika mendengar adiknya, Fatimah, dan suaminya masuk Islam, ia sangat murka. Namun, sikap keras itu berubah sejak dirinya masuk Islam. 



Read More

Download Buku 150 Kisah Abu Bakar Ash-shiddiq [Ahmad Abdul 'Al Al-Thahthawi]

April 28, 2021

Download Kitab | “Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu”

Hadist riwayat dari Bukhori tersebut menggambarkan betapa istimewanya Abu Bakar sebagai orang terdekat Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya menjadi orang yang paling awal masuk Islam, Abu Bakar mengerahkan jiwa dan raga ya mendampingi setiap perjalanan Rasulullah hingga akhir hayat.

Abu Bakar lahir dengan nama Abdullah bin Abu Quhafah 21 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 masehi. Professor Masud-Ul-Hasan dalam buku Sidiq I Akbar Hazrat Abu Bakr menuliskan nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy.

Sama seperti anak Makkah lainnya, ia tumbuh di lingkungan Ka'bah dan diajarkan menyembah berhala. Suatu ketika, ia ditinggal ayahnya untuk suatu urusan pekerjaan. Abu Bakar mencoba meminta pada berhala pakaian dan makanan. Namun tentu saja berhala tersebut tak memberikannya baju maupun makanan.

Kesabaran Abu Bakar pun habis. Lalu ia mengangkat batu dan berkata pada berhala "Kalau kamu tak bisa melindungi dirimu, maka kau bukan Tuhan." Batu dipukulkan, dan berhala tersebut hancur. Sejak saat itu, Abu Bakar ogah menyembah berhala.

Ia lahir dari keluarga pedagang yang kaya. Abu Bakar pun tumbuh dan dewasa menjadi pedagang yang sukses, bahkan ia juga terpelajar. Ia sering bepergian ke berbagai daerah seperti Yaman, Suriah dan tempat lainnya.

Abu Bakar sendiri disebut telah berkawan dengan Muhammad sebelum Islam atau sejak masa jahiliyah. Ia terpaut usia dua tahun lebih muda dari Muhammad dan disebut pernah melakukan perjalanan bersama saat masih berusia 12 tahun. Lalu, Abu Bakar juga menjadi tetangga saat Muhammad menikah dengan Khadijah.

Hingga suatu ketika, Abu Bakar yang pulang dari Yaman untuk urusan bisnis mendapati kabar bahwa Muhammad telah mengaku sebagai Rasulullah. Ia pun menemui Muhammad dan mempercayai yang disampaikan oleh Sang Rasul.

Cerita soal Abu Bakar sebagai orang paling awal masuk Islam memang mengalami banyak perdebatan. Namun, Abu Bakar memang menjadi salah orang yang paling awal beriman pada Rasulullah.

Dalam kitab Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah diajak oleh Muhammad. Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi dari Aisyah. Disebutkan bahwa pada suatu hari, Abu Bakae hendak menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah dan berkata:

"Wahai Abul Qosim (panggilan Muhammad), ada apa denganmu sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?" laluRasulullah menjawab, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku mengajak kamu kepada Allah."

Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung percaya Islam. Ia bahkan merasa gembira dan menemui Utsman Bin Affan, Thalhah bin Ubaudillah, Zubairi dan Aww, dan Saad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam. Akademisi dan Ideologis AS Wendy Doniger dalam Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions menyebut, Abu Bakar memiliki peran yang krusial dalam menyebarkan keislaman di masa awal.

Julukan Ash Shiddiq sendiri muncul saat Abu Bakar tak ragu sedikit pun ketika Rasulullah menyebut dirinya telah bertolak ke Batul Maqdis dalam waktu semalam saat peristiwa Isra Miraj. Ia percaya penuh ucapan Rasulullah.

Semenjak masuk Islam, Abu Bakar sangat dekat dengan Rasulullah. Ia bahkan selalu membela Rasulullah tatkala disakiti oleh orang-orang Quraisy di awal masa keislamannya. Menurut Dedi Supriyadi dalam Sejarah Peradaban Islam, Abu Bakar bahkan tidak segan-segan untuk memberikan seluruh harta, dan menumpahkan segenap jiwanya untuk kepentingan Islam.

Abu Bakar juga turut serta dalam berbagai perang seperti Perang Badar pada 624 masehi atau 2 Hijriah dan Perang Uhud pada 625 masehi atau 3 Hijriah.

Peristiwa Hijrah, yakni saat Nabi Muhammad berpindah ke Yatsrib alias Madinah, Abu Bakar menjadi orang terdekat yang menemaninya. Abu Bakar patuh dalam menerima keputusan Nabi dalam Perjanjian Hudaibiyah, meski banyak sahabat Nabi kala itu tidak menyepakati perjanjian tersebut lantaran dianggap berat sebelah.

Hubungan keduanya semakin telat ketika anak Abu Bakar, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

Abu Bakar pernah ditunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi Muhammad SAW sakit. Tidak lama setelah itu, Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 Masehi.

Sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW tidak memberikan pesan mengenai siapa yang akan menggantikannya, sehingga perdebatan pun terjadi soal siapa pengganti Rasulullah.

Usulan yang muncul sebelum jenazah Nabi Muhammad SAW dimakamkan itu menimbulkan perselisihan di antara umat Islam. Perselisihan berlanjut ketika kaum Anshar dalam sebuah pertemuan di Saqifah Bani Sa’idah menuntut diadakannya pemilihan seorang khalifah. Sementara, kaum Muhajirin memilih untuk sejenak berdiam, mengingat Islam baru saja kehilangan Nabi Muhammad SAW.

Perselisihan yang terjadi di Saqifah Bani Sa’idah membuat suasana di antara umat Islam semakin memanas. Dalam pertemuan itu sebelum kaum Muhajirin tiba, golongan Khajraz sepakat untuk mencalonkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti Rasul. Namun sebagian orang yang tidak setuju dengan usulan tersebut.

Situasi kembali reda setelah Basyir bin Sa’ad Abi An-Nu’man bin Basyir melakukan pidato untuk mengendalikan keadaan. Setelah tenang, Abu Bakar Ash-Shiddiq meminta orang-orang yang hadir untuk memilih antara Umar dan Abu Ubaidah sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW.

Umar dan Abu Ubaidah merasa keberatan dengan ucapan Abu Bakar yang menunjuk mereka. Keduanya menilai, justru Abu Bakarlah yang lebih pantas untuk menggantikan Rasulullah SAW, mengingat ia pernah diberikan mandat sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat.

Mandat yang diberikan kepada Abu Bakar itu oleh sebagaian besar kaum muslimin diartikan sebagai perintah yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW agar Abu Bakar dapat memimpin umat Islam setelah Rasul wafat.

Dengan demikian, maka berdirilah kekhalifahan pertama di dunia Islam pada 632 Masehi, dan, Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama.

Hasil musyawarah yang menyatakan Abu Bakar sebagai khalifah kerap disebut sebut sebagai subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, di mana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah.

Di satu sisi, Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali Bin Abu Thalib selaku menantu nabi Muhammad seharusnya menjadi pemimpin. Namun, Sunni berpendapat bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.

Terlepas dari itu, selama dua tahun menjadi Khalifah, Abu Bakar telah menorehkan sejarah besar dalam sejarah panjang peradaban Islam di dunia sebagai Khalifah pertama. Ia berperan dalam menyatukan kembali suku-suku yang berusaha melepaskan diri dari Islam pascawafatnya Rasul. Ash Shiddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis yang menjadi kitab suci agama Islam, Alquran.

Read More